Selain itu alasan ia memilih CGMI adalah karena saat masa perpeloncoan organisasi itu dinilai paling enak. Dalam artian di CGMI tidak ada atau menjatuhkan hukuman-hukuman laiknya organisiasi lainnya di kampus. Senior yang berperan di situ pun, kata Leo sangat ramah.
Leo yang saat itu milih menekuni ilustrasi grafik bahkan juga diterima baik oleh senior-senior di CGMI. Pernah pula mereka menyarankan Leo ke Sanggar Bumi Tarung jika memang membutuhkan bantuan senior dalam studinya.
Namun usut punya usut ternyata Sanggar Bumi Tarung itu sendiri merupakan Sanggar Lembaga Kebudayaan Rakyat atau dikenal dengan Lekra. Leo mengaku juga tidak tahu menahu soal itu saat mahasiswa dulu.
"Terus saya ikut organisasi yaitu CGMI yang sekarang ternyata katanya itu kader underbouw-nya PKI. Tapi kan saat itu saya enggak ngerti itu, ngertinya saya waktu itu ya organisasi mahasiswa yang istilahnya zaman Bung Karno ya progresif atau revolusioner kayak gitu," ungkapnya.
Baca Juga: Berdiri Tugu Palu Arit di Palembang, Puluhan Kantor Serikat Buruh
Dari Penjara ke Penjara
Hingga kemudian pada tanggal 20 Oktober 1965 digelar apel akbar di Alun-alun Yogyakarta. Leo sebagai mahasiswa yang masih tergolong tingkat awal tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu mengasah ketrampilan studinya.
Leo berada di pojok lapangan dengan hanya berbekal alat sketsa. Ia awalnya hanya berencana untuk membuat sketsa tentang apel akbar tersebut.
Namun ternyata di dalam apel tersebut, mulai terdengar nama-nama organisasi kampus yang disebut. Ternyata apel itu sebagai awal mula kericuhan itu terjadi, terkait pembubaran PKI dan sebagainya.
Situasi semakin tidak menentu setelah di dalam pidato itu juga menyebut CGMI. Ia memilih untuk meninggalkan lapangan saat itu dan keluar dari alun-alun karena sudah tidak bisa berpikir jernih.
Baca Juga: Kumpulan 30 Link Download Twibbon Peringatan G30S PKI
Setelah apel akbar selesai, massa yang berasal dari alun-alun sudah membawa berbagai macam atribut mulai dari pedang, linggis dan berbagai macam perlengkapan lainnya. Mereka mulai merusak papan nama di sekitar lokasi. Kekacauan mulai terjadi.
Berita Terkait
-
Prabowo Mau Bangun Penjara Koruptor di Pulau Terpencil? Ini 7 Lokasi yang Pas!
-
Prabowo Mau Bikin 'Penjara Hiu' Buat Koruptor di Pulau Terpencil, Muzani Bilang Ini
-
Sorot Ide 'Lucu' Prabowo, ICW: Penjara di Pulau Terpencil Malah Bikin Napi Korupsi Semakin Sulit Diawasi
-
Sebelum Kirim ke Penjara Terpencil yang Ada Hiu, ICW Sarankan Prabowo Miskinkan Koruptor Dulu
-
3 Tempat Paling Direkomendasikan untuk Berburu Takjil di Yogyakarta
Tag
Terpopuler
- Full Ngakak, Bio One Komentari Pengangkatan Ifan Seventeen Jadi Dirut PT Produksi Film Negara
- Dukung Penyidik Tahan Nikita Mirzani, Pakar Justru Heran dengan Dokter Reza Gladys: Kok Bisa...
- 3 Alasan yang Bikin Ustaz Derry Sulaiman Yakin Denny Sumargo, Hotman Paris dan Willie Salim Bakal Mualaf
- Ifan Seventeen Tiba-Tiba Jadi Dirut PFN, Pandji Pragiwaksono Respons dengan Dua Kata Menohok
- Media Asing Soroti Pernyataan Maarten Paes Soal Kualitas Emil Audero
Pilihan
-
Harga Kripto PI Network Naik Signifikan dalam 24 Jam, Ini Prospeknya
-
Bojan Hodak Tinggalkan Persib Bandung
-
Catatkan Rekor MURI, Ini Cerita Buka Puasa Bersama Terpanjang di Solo
-
Baru 2 Bulan, Penjualan Denza D9 Sudah Kalahkan Alphard di Indonesia
-
Saham BJBR Anjlok, Aksi Jual Marak Usai Dirut dan Corsec Terjerat Korupsi Dana Iklan Bank BJB
Terkini
-
Pedagang di Gunungkidul Keluhkan Pasar Kian Sepi, Sebagian Terpaksa Memilih Tutup
-
Sambut Arus Mudik, Terminal Wonosari Gelar Ramp Check dan Siapkan Karpet Lesehan di Ruang Tunggu
-
Batal Dibuat Satu Arah, Plengkung Gading Ditutup Total
-
Papua Global Spices, UMKM Papua Barat yang Sukses Tembus Pasar Dunia Berkat BRI
-
Jogja Masuk 11 Besar, OJK Terima 58 Ribu Lebih Aduan Kejahatan Keuangan