SuaraJogja.id - Kepala Centre for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM, Diana Setiyawati menilai masih terdapat sejumlah persoalan dalam sistem kesehatan mental yang ada di wilayah Indonesia. Kurangnya literasi kesehatan mental hingga pemerataan infrastruktur masih menjadi kendala yang belum terurai.
Ia melihat masih ada kesenjangan yang cukup jelas dalam literasi kesehatan mental. Terlebih antara orang-orang yang bergerak di sistem kesehatan di berbagai wilayah Indonesia.
"Aturan dan distribusi bantuan terkait dukungan untuk tenaga kesehatan jiwa belum merata. Baik berupa pendanaan maupun fasilitas/infrastruktur, termasuk pemerataan RSJ (Rumah Sakit Jiwa)," ujar Diana dalam keterangannya, Senin (11/10/2021).
Diana menyoroti sulitnya akses bantuan ke puskesmas terdekat bagi masyarakat. Belum lagi tarif yang juga dipatok mahal di sejumlah wilayah di Indonesia untuk akses bantuan itu.
Baca Juga: Psikolog UGM Ungkap Efek Jangka Panjang Pandemi Covid-19 Bagi Kesehatan Mental
Hingga saat ini bahkan belum semua puskesmas yang kemudian memiliki pelayanan kesehatan jiwa. Mengingat ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlatih dan kompeten dalam kesehatan jiwa juga terbilang juga minim.
“Secara umum ada kondisi yang tidak setara di Indonesia. Ketidaksetaraan terlihat dalam pemenuhan SDM antar puskesmas se-Indonesia,” tuturnya.
Di sisi lain, Diana menyebut pemasungan masih saja terjadi. Kondisi itu terjadi akibat dari keluarga dan komunitas yang tidak memahami pentingnya deteksi dini.
Keluarga dan komunitas juga tidak memahami manajemen Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) seusai menjalani treatment di rumah sakit.
"Di sisi lain, tidak kuatnya keluarga menjalani treatment, sulitnya akses pelayanan kesehatan jiwa dan stigma untuk ODGJ dan keluarga menambah faktor resiko pemasungan," ucapnya.
Baca Juga: Rektor UGM Beberkan Perkembangan Terkini Genose, Target Perpanjang Izin Edar
Dalam kesempatan ini, Ia mencontohkan setidaknya terdapat kabupaten dengan 35 psikolog klinis yang bekerja di seluruh puskesmasnya yang berjumlah 25.
Berita Terkait
-
Komnas HAM Tegaskan Guru Besar UGM dan Dokter Residen Pelaku Pelecehan Harus Dihukum Lebih Berat!
-
9 Kontroversi Rumah Literasi yang Penuh Kejanggalan: Dikecam Tak Transparan
-
Ki Hajar Dewantara dan Tantangan Literasi Gen Z: Sebuah Refleksi Kritis
-
Kronologi Rumah Literasi Diduga Selewengkan Dana Donasi
-
Profil Rumah Literasi: Diduga Selewengkan Uang Donasi, Donatur Tagih Transparansi
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
-
Harga Emas Terbang Tinggi Hingga Pecah Rekor, Jadi Rp1.889.000
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
Terkini
-
Kantongi Lampu Hijau dari Pusat, Pemkab Sleman Tancap Gas Isi Kursi Kosong OPD
-
Polisi Ciduk Arena Judi Terselubung di Sleman, Sabung Ayam Hingga Dadu Ditemukan
-
Warga Jogja Bingung Buang Sampah, Kebijakan Pemkot Tutup TPS Bikin Resah
-
Petani Majalengka Gigit Jari? Ahli Pertanian Sebut Jurus Burung Hantu Prabowo Tak Efektif, Ini Solusi Jitu Basmi Tikus
-
Peringatan Dini BMKG Terbukti, Sleman Porak Poranda Diterjang Angin Kencang