Pihak SPBU mengaku tidak mengerti alasan pemerintah melakukan pembatasan kuota solar bersubsidi. Karena kuota yang diberikan pemerintah saat ini langsung ludes dibeli oleh para pengusaha angkutan umum ataupun angkutan barang.
Seperti yang terjadi di SPBU Sambipitu, Kapanewon Patuk Gunungkidul. Minggu (17/10/2021) mereka sudah tidak lagi melayani solar bersubsidi sejak sebelum pukul 07.00 WIB. Alasannya karena tidak ada lagi solar bersubsidi yang dijual menjelang siang.
"Tadi sift pagi itu masih menjual. Tetapi sift saya, sift siang sudah tidak menjual lagi. Saya ganti sift pagi tadi jam 07.00 WIB,"ungkap Suharyanto, penjaga SPBU Sambipitu.
Jika ada barang yang dijual, maka tentu saja antrian akan mengular mengingat SPBU tempatnya bekerja berada di jalur utama ke semua obyek wisata di Gunungkidul. Namun karena tidak ada solar bersubsidi yang dijual, maka SPBU nampak lengang menjelang siang hari.
"Kalau ada ya antri,"kata dia.
Subsidi Melebihi Kuota Ditanggung SPBU
Ketua Himpunan Swasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) DIY, Ariyanto Sukoco membantah jika ada pembatasan pembelian bio solar di SPBU. Kemungkinan besar yang terjadi saat ini adalah kebijakan masing-masing SPBU menyusul adanya pengurangan kuota solar bersubsidi dari BPH Migas.
"Memang ada pengurangan kuota dari BPH Migas. Masing-masing SPBU jumlahnya berbeda. Dan dasarnya apa kami juga tidak tahu,"ungkap Ariyanto.
Baca Juga: Sosok "Dewa Penolong" Korban Pinjol di Gunungkidul, Tak Jadi Buntung dan Justru Untung
Menurut Ariyanto, pengurangan kuota sebenarnya sudah terjadi dalam dua bulan terakhir. Dan jika pihak SPBU menjual melebihi kuota maka pihak SPBU harus menanggung subsidi itu sendiri. Subsidi kelebihan penjualan dari kuota yang ditetapkan tidak ditanggung lagi oleh pemerintah.
Ariyanto menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan BPH Migas dan juga PT Pertamina berkaitand dengan pengurangan solar bersubsidi tersebut. Pihaknya bersama PT Pertamina sebenarnya sudah mengajukan penambahan kuota kepada BPH Migas karena kondisi terkini yang makin dinamis.
Ariyanto menjelaskan, pengurangan kuota solar bersubsidi diperkirakan karena saat pandemi covid-19 terjadi penurunan dan adanya refokusing anggaran. namun dalam sebulan terakhir pemerintah melalui BPH Migas tidak mengevaluasi kembali.
"Sejak PPKM level 3, mobilitas semakin meningkat, ekonomi membaik, distribusi barang semakin banyak, industri sudah mulai berjalan. Dan itu tidak diperhitungkan pemerintah. Sehingga kami meminta adanya tambahan kuota,"ujar dia.
Kontributor : Julianto
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik