Kemunduran
Kerajaan Banten mengalami kemunduran yang bermula dari perselisihan Sultan Ageng Tirtayasa dengan sang putra, yakni Sultan Haji karena perebutan kekuasaan. VOC lalu memanfaat keadaan tersebut dengan cara memihak Sultan Haji dan membuat Sultan Ageng bersama dengan 2 orang puteranya, yakni Pangeran Purbaya serta Syekh Yusuf harus mundur menuju pedalaman Sunda.
Pada 14 Maret 1683, Sultan Ageng kemudian ditangkap dan ditahan di Batavia. Ini menyusul pada 14 Desember 1683, Syekh Yusuf juga ditangkap VOC serta Pangeran Purbaya yang kemudian juga menyerahkan dirinya.
Bantuan dan dukungan VOC kepada Sultan Haji mesti dibayar dengan memberikan kompensasi kepada VOC. Antara lain, pada 12 Maret 1682 wilayah Lampung diserahkan kepada VOC. Ini seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Laksamana kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten.
Akhirnya VOC juga memeeroleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung. Berdasarkan perjanjian pada 17 April 1684, Sultan Haji juga mesti mengganti kerugian akibat perang tersebut kepada VOC.
Sultan Haji kemudian meninggal pada 1687 dan VOC menguasai Banten. Ini membuat pengangkatan Sultan Banten harus disetujui oleh Gubernur Jenderal Hindian Belanda di Batavia. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya untuk menggantikan Sultan Haji dan kemudian digantikan kembali oleh Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin.
Pada 1808 sampai dengan 1810, Gubernur Hindia Belanda melakukan penyerangan ke Banten di masa pemerintahan Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin. Penyerangan ini terjadi karena Sultan tidak mau menuruti permintaan Hindia Belanda yang ingin memindahkan ibu kota Banten ke Anyer.
Akhir Kerajaan dan Penghapusan
Perang saudara yang berlangsung di Banten meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan masa berikutnya. Konflik terjadi antara keturunan penguasa Banten, ketidakpuasan masyarakat Banten, dan ikut campurnya VOC dalam urusan Banten.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG Pelabuhan Merak dan Daerah Pesisir Banten 17 Oktober 2021
Pada 1808 Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1808-1810) memerintahkan memerintahkan Sultan Banten untuk memindahkan ibu kota ke Anyer. Banten juga diminta menyediakan tenaga kerja untuk membangun pelabuhan yang direncanakan hendak didirikan di Ujung Kulon.
Sultan menolak perintah Daendels. Sebagai jawabannya, Daendels memerintahkan penyerangan atas Banten dan penghancuran Istana Surosowan. Sultan beserta keluarganya disekap di Istana Surosowan dan dipenjarakan di Benteng Speelwijk. Sultan saat ini diasingkan dan dibuang ke Batavia. Pada 22 November 1808, Daendels mengumumkan wilayah Kesultanan Banten menjadi kekuasaan Hindia Belanda.
Kesultanan Banten resmi dibubarkan oleh pemerintah kolonial Inggris pada 1813. Pada tahun itu, Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin dilucuti dan dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford Raffles. Peristiwa ini merupakan pukulan pamungkas yang mengakhiri riwayat Kesultanan Banten.
Kontributor : Titi Sabanada
Tag
Berita Terkait
-
Panas Rebutan 8 Pulau di Teluk Banten, Wagub: Udah Kayak Jepang Sama Belanda Aja!
-
5 Fakta Mengejutkan Ibu Kota Banten: Sah Setelah 25 Tahun, Wagub Akui Belum Layak
-
Aneh Tapi Nyata! Setelah 25 Tahun, Status Ibu Kota Banten Baru Diteken, Wagub: Serang Belum Layak
-
Hampir Rampung, Begini Progres Pembangunan Jalan Layang Tenjo
-
Diikuti 10.000 Pelajar, Senam Anak Indonesia Hebat Pecahkan MURI
Terpopuler
- Usai Jokowi, Kini Dokter Tifa Ungkit Ijazah SMA Gibran: Cuma Punya Surat Setara SMK?
- 8 Promo Kuliner Spesial HUT RI Sepanjang Agustus 2025
- Jay Idzes Pakai Jam Tangan Rolex dari Prabowo saat Teken Kontrak Sassuolo
- Kumpulan Promo Jelang 17 Agustus 2025 Rayakan HUT RI
- Gibran Cuma Lirik AHY Tanpa Salaman, Sinyal Keretakan di Kabinet? Rocky Gerung: Peran Wapres Diambil
Pilihan
-
Bupati Pati Bisa Susul Nasib Tragis Aceng Fikri? Sejarah Buktikan DPRD Pernah Menang
-
4 Rekomendasi Tablet Murah untuk Main Game Terbaru Agustus 2025
-
Api Perlawanan Samin Surosentiko Menyala Lagi di Pati, Mengulang Sejarah Penindasan Rakyat
-
4 Rekomendasi HP Murah Chipset Snapdragon Gahar, Harga mulai Rp 2 Jutaan Terbaru Agustus 2025
-
Grup Emiten Boy Thohir Disebut Dapat Diskon Tak Wajar atas Pembelian Solar di Pertamina
Terkini
-
Mortir Jumbo Diledakkan di Sleman, Bagaimana Dampaknya ke Gunung Merapi?
-
Dosen di Jogja Jadi Tersangka Korupsi Kakao Fiktif: UGM Angkat Bicara
-
Pasca Pembongkaran Kawasan Lempuyangan, Keraton Yogyakarta beri Kekancingan ke PT KAI
-
Program Makan Bergizi Gratis 'Gagal Total'? Kasus Keracunan Berulang di Jogja, JCW: Hentikan Sekarang Juga
-
Model Sepatu Padel dan Rekomendasi Sepatu Padel Terbaik 2025