Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 19 Oktober 2021 | 19:57 WIB
Para abdi dalem membawa ubarampe rengginan dalam perayaan garebeg Mulud 2021 di bangsal Srimanganti Keraton Yogyakarta, Selasa (1910/2021). [Kontributor / Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Susti Purwatni harus menelan pil kekecewaan. Harapannya untuk bisa mendapatkan ubarampe rengginan Garebeg Mulud 2021 dalam memeringati Maulud Nabi Muhammad SAW, Selasa (19/10/2021) ternyata tidak menjadi kenyataan.

Padahal wanita asal Bumirejo, Lendah Kulon Progo berangkat subuh ke Keraton Yogyakarta untuk menyaksikan prosesi pengiriman ubarampe Garebeg ke Puro Pakulaman, Kepatihan dan Masjid Gede. Susti pasrah hanya melihat rombongan para abdi dalem keluar dari Bangsal Srimanganti, Keraton sembari membawa ubarampe rengginan.

"Padahal terakhir lihat garebeg tahun 2017 lalu. Selama pandemi tidak bisa karena tidak ada rayahan (perebutan-red) ubarampe di jalan. Sekarang kesini pas level 2 [ppkm] ternyata juga tidak bisa dapat," ungkapnya.

Wanita 53 tahun ini mengaku sejak kecil selalu melihat garebeg meski harus jauh-jauh dari Kulon Progo ke Kota Yogyakarta. Ubarampe yang didapatnya saat gunungan garebeg diperebutkan warga dianggapnya sebagai berkah luar biasa dari Raja Keraton Yogyakarta kepada rakyat.

Baca Juga: Hasil Liga 2 2021: AHHA PS Pati Ditaklukkan PSIM Yogyakarta

"Saya simpan semua hasil rayahan waktu garebeg, ini berkah yang tidak ternilai," tandasnya.

Sementara Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan Kridhomardowo, KPH Notonegoro mengungkapkan, selama pandemi Keraton Yogyakarta memang membatasi prosesi arak-arakan gunungan Garebeg Mulud. Ubarampe hanya diberikan secara terbatas kepada sekitar 2.700 abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman serta Kompleks Kepatihan Yogyakarta.

"Ini untuk menghindari kerumunan karena kita masih pandemi," ujarnya.

Selain ubarampe rengginang, keraton juga membagikan uang logam dan beras sebagai simbol dari udhik-udhik yang biasanya dibagikan saat pelaksanaan rangkaian perayaan Mulud. Prosesi Garebeg disederhanakan dengan pembagian ubarampe saja sejak 2020 lalu atau masa-masa awal pandemi COVID-19.

Gamelan Sekati yang biasanya dikeluarkan dari keraton dan ditempatkan di Pagongan Masjid Gedhe untuk dibunyikan selama satu minggu, saat ini tidak dilakukan. Mesk sederhana, esensi dari pelaksanaan Garebeg tidaklah hilang yaitu sebagai perwujudan rasa syukur dari raja atas melimpahnya hasil bumi yang dibagikan kepada rakyatnya.

Baca Juga: Hasil Liga 2: Dipecundangi PSIM Yogyakarta, AHHA PS Pati Makin Terbenam di Dasar Klasemen

"Hal ini adalah bentuk konsistensi keraton dalam melestarikan budaya dalam berbagai situasi," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More