SuaraJogja.id - Susti Purwatni harus menelan pil kekecewaan. Harapannya untuk bisa mendapatkan ubarampe rengginan Garebeg Mulud 2021 dalam memeringati Maulud Nabi Muhammad SAW, Selasa (19/10/2021) ternyata tidak menjadi kenyataan.
Padahal wanita asal Bumirejo, Lendah Kulon Progo berangkat subuh ke Keraton Yogyakarta untuk menyaksikan prosesi pengiriman ubarampe Garebeg ke Puro Pakulaman, Kepatihan dan Masjid Gede. Susti pasrah hanya melihat rombongan para abdi dalem keluar dari Bangsal Srimanganti, Keraton sembari membawa ubarampe rengginan.
"Padahal terakhir lihat garebeg tahun 2017 lalu. Selama pandemi tidak bisa karena tidak ada rayahan (perebutan-red) ubarampe di jalan. Sekarang kesini pas level 2 [ppkm] ternyata juga tidak bisa dapat," ungkapnya.
Wanita 53 tahun ini mengaku sejak kecil selalu melihat garebeg meski harus jauh-jauh dari Kulon Progo ke Kota Yogyakarta. Ubarampe yang didapatnya saat gunungan garebeg diperebutkan warga dianggapnya sebagai berkah luar biasa dari Raja Keraton Yogyakarta kepada rakyat.
"Saya simpan semua hasil rayahan waktu garebeg, ini berkah yang tidak ternilai," tandasnya.
Sementara Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan Kridhomardowo, KPH Notonegoro mengungkapkan, selama pandemi Keraton Yogyakarta memang membatasi prosesi arak-arakan gunungan Garebeg Mulud. Ubarampe hanya diberikan secara terbatas kepada sekitar 2.700 abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman serta Kompleks Kepatihan Yogyakarta.
"Ini untuk menghindari kerumunan karena kita masih pandemi," ujarnya.
Selain ubarampe rengginang, keraton juga membagikan uang logam dan beras sebagai simbol dari udhik-udhik yang biasanya dibagikan saat pelaksanaan rangkaian perayaan Mulud. Prosesi Garebeg disederhanakan dengan pembagian ubarampe saja sejak 2020 lalu atau masa-masa awal pandemi COVID-19.
Gamelan Sekati yang biasanya dikeluarkan dari keraton dan ditempatkan di Pagongan Masjid Gedhe untuk dibunyikan selama satu minggu, saat ini tidak dilakukan. Mesk sederhana, esensi dari pelaksanaan Garebeg tidaklah hilang yaitu sebagai perwujudan rasa syukur dari raja atas melimpahnya hasil bumi yang dibagikan kepada rakyatnya.
Baca Juga: Hasil Liga 2 2021: AHHA PS Pati Ditaklukkan PSIM Yogyakarta
"Hal ini adalah bentuk konsistensi keraton dalam melestarikan budaya dalam berbagai situasi," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Heboh di Palembang! Fenomena Fotografer Jalanan Viral Usai Cerita Istri Difoto Tanpa Izin
-
Tak Mau Ceplas-ceplos Lagi! Menkeu Purbaya: Nanti Saya Dimarahin!
-
H-6 Kick Off: Ini Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2025
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
Terkini
-
Keluarga Terdakwa Kecelakaan BMW Maut Buka Suara: Bagikan Pledoi Christiano, Mohon Keadilan
-
Tak Ada Bukti Nikmati Rp1 Pun, Tim Hukum Mantan Bupati Sleman Sayangkan Penahanan Sri Purnomo
-
Momentum Pasar Godean Bangkit: Setelah Direvitalisasi Total, Pedagang Optimis Tatap Masa Depan
-
Sinyal Kuat Kejari: Sri Purnomo Tak Sendiri, Jaringan Korupsi Dana Hibah Sleman Dibongkar
-
Miris! 7.100 Warga Penerima Bansos di Jogja Terindikasi Terjerat Judol