SuaraJogja.id - Efek rumah kaca adalah sebuah fenomena alam yang terjadi karena adanya pantulan energi panas matahari yang disebabkan berbagai macam benda dan zat alam yang ada di bumi yang mengakibatkan rusaknya lapisan selimut atmosfer bumi. Rusaknya selimut atmosfer ini berujung pada peningkatan intensitas energi matahari yang berdampak pada peningkatan suhu panas bumi.
Istilah efek rumah kaca kali pertama diperkenalkan oleh ilmuan bernama Joseph Fourier pada tahun 1824.
Peran utama adanya efek rumah kaca adalah suhu udara di bumi dapat berada pada nilai yang nyaman bagi makhluk hidup.
Tanpa efek rumah kaca, bumi akan memiliki suhu rata-rata yang sangat dingin serta dapat membahayakan keberlangsungan hidup dari makhluk hidup.
1. Karbondioksida (CO2)
Gas pertama penyebab efek rumah kaca adalah karbondioksida yang memiliki persentase 9 persen-26 persen. Peningkatan jumlah dari CO2 ini disebabkan karena aktivitas manusia yang menggunakan bahan bakar, membuang limbah padat, membakar kayu, polusi kendaraan, sampai aktivitas manusia lainnya.
Pada saat yang bersamaan, pohon yang sebenarnya menyerap CO2 kondisinya semakin berkurang karena banyak hutan yang dibakar, penebangan besar-besaran, dan hal negatif lainnya sehingga gas CO2 ini akhirnya berasa di atmosfer.
2. Uap Air
Baca Juga: Usai KTT COP26, Joe Biden Janji Kurangi Emisi Metana di Amerika Serikat
Penyebab lainnya adalah uap air yang memiliki persentase lebih besar yakni sekitar 36 persen - 70 persen. Gas ini merupakan gas alami yang memiliki peran banyak dalam proses efek rumah kaca.
Hal ini bisa terjadi ketika uap air laut, sungai hingga danau di suatu kawasan mengalami peningkatan, maka temperatur panas akan meningkat pula. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus, maka mencapai ke titik keseimbangan atau ekuilibrium.
3. Nitrogen Dioksida
Nitrogen dioksida atau gas NO2 merupakan gas insulator panas yang cukup kuat. Gas ini paling banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar serta pembakaran lahan pertanian.
Gas tersebut bisa menangkap panas 300 lebih besar dari karbondioksida. Oleh karena itu, sekarang ini kondisinya semakin mengalami peningkatan 16 persen jika dibandingkan dengan masa pra-industri.
4. Metana
Berita Terkait
-
Tiga Solusi Vokalis Efek Rumah Kaca untuk Royalti Musik Disambut DPR, Revisi UU Segera Dibahas?
-
Ramai Royalti Musik di Pernikahan, Cholil Mahmud Punya Pendapat Bijak
-
Cholil Mahmud Soroti LMKN Baru: Momentum Bikin Publik Percaya Lagi
-
Kisruh Royalti Musik Makin Panas, Ahmad Dhani Sebut Ada Label di Balik LMKN
-
Susul Ari Lasso, Cholil Efek Rumah Kaca Ikut Buka-bukaan Soal Riders Efek Rumah Kaca
Terpopuler
- 9 Potret Rumah Eko Patrio Seharga Rp150 Miliar, Ada Rooftop Pool di Lantai 4
- Kronologi Penangkapan Mahasiswa Unri Khariq Anhar di Jakarta
- Rumah Ahmad Sahroni Dijarah Massa, Bocah Pamer dapat Jam Tangan Rp 11 Miliar
- Pencabutan Artikel 'Ahmad Sahroni Minta Maaf...'
- Eko Patrio dan Uya Kuya Resmi Mundur dari Anggota DPR RI
Pilihan
-
Kenalan dengan Stade Brest, Dulu Rumah Franck Ribery Kini Jadi Hunian Mees Hilgers
-
Negara Tetangga Indonesia di Ambang Kekacauan, Potensi Kudeta Militer Mencuat
-
Core Indonesia Desak Pemerintah Koreksi Total Kebijakan Ekonomi, Batalkan Pajak & Pangkas Belanja
-
Netizen Cari Raffi Ahmad yang Mendadak Hening: Mana Suaranya, A?
-
Demo Meluas Bukan karena Asing, Tapi Masalah Perut!
Terkini
-
Ini 3 Link DANA Kaget yang Bisa Diklaim Anti Ribet
-
UU Perpustakaan Terancam Tak Terlaksana? Hari Literasi Internasional DIY di Ujung Tanduk
-
Demo Memanas, TNI Dikerahkan? Pakar Hukum: Itu Salah Besar!
-
Trauma 98 Mengintai? Mahasiswa Jogja Geruduk DPRD, Soroti Keterlibatan TNI dalam Aksi Massa!
-
Terungkap! Aliansi Jogja Memanggil Sebut Aksi di Polda DIY Tak Terkendali Akibat Ini