Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 12 November 2021 | 20:10 WIB
Gunung Merapi kembali keluarkan awan panas pada Selasa (17/8/2021) pagi. (Dokumentasi: BPPTKG).

SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat masih ada luncuran awan panas dan ratusan guguran lava dalam sepekan terakhir.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan aktivitas tersebut tercatat tepatnya pada periode 5-11 November 2021.

"Pada minggu ini terjadi 2 kali awan panas guguran ke arah barat daya dengan jarak luncur 1.500 - 2.000 meter," kata Hanik dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/11/2021).

Tidak hanya wedus gembel saja yang muncul dari puncak Merapi dalam sepekan terakhir. Ratusan lava juga masih terus meluncur di sana.

Baca Juga: 19 Kali Luncuran Lava Merapi dalam 30 Jam, Jarak Maksimal 2 Kilometer

"Guguran lava teramati sebanyak 123 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter," ungkapnya.

Dalam sepekan terakhir, kata Hanik, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari. Sedangkan siang hingga sore hari berkabut.

Disampaikan Hanik, tidak teramati adanya perubahan morfologi secara signifikan di dua kubah lava yang ada. Baik itu kubah sektor barat daya maupun kubah lava sektor tengah.

"Masih hampir sama seperti minggu lalu, volume kubah lava barat daya sebesar 1.610.000 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.927.000 meter kubik," tuturnya.

Hanik menuturkan bahwa kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan dengan minggu lalu. Namun deformasi Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.

Baca Juga: Gunung Merapi Gugurkan Lava Pijar Sejauh 2000 Meter

Terkait dengan intensitas curah hujan sebesar di puncak Merapi tercatat sebesar 176 mm/jam selama 70 menit di Pos Kaliurang yang terjadi pada tanggal 2 November 2021 kemarin.

"Namun tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi," ujarnya.

Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro. Lalu sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.

Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

"Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga. Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," imbuhnya.

Selain itu masyarakat juga diminta untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

Kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu.

Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.

Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III). Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.

Sebelumnya Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan mengimbau masyarakat atau pelaku wisata yang berkegiatan sekitar sungai yang berhulu di lereng Merapi untuk lebih waspada. Mengingat kondisi cuaca yang sudah memasuki musim hujan.

"Berkaitan wisata di lereng Merapi kami berharap kawan-kawan jip terutama yang atraksi di sungai harus hati-hati. Kalau hujan jangan ambil resiko karena bencana banjir. Seperti yang kita lihat di Kali Kuning itu banyak tapi kalau hujan jangan coba-coba," imbau Makwan.

Dalam rangka kesiapsiagaan BPBD Sleman juga sudah menyiapkan EWS yang berkaitan untuk Merapi maupun untuk banjir lahar. Setidaknya ada 16 titik di lereng Merapi yang sudah dipasangi dengan EWS.

"Kalau untuk banjir lahar EWS kita adalah pertama sensor curah hujan. Kita pastikan kalau ada hujan di puncak kita akan sampaikan kepada pengelola wisata dan masyarakat. Ada 16 titik EWS yang disiapkan untuk antisipasi," tuturnya.

Load More