SuaraJogja.id - Sebuah temuan mengejutkan diungkapkan otoritas kesehatan Belanda. Mereka mengumumkan telah menemukan varian Omicron pada kasus Covid-19 yang ditanganinya dari 11 hari sebelumnya.
Institut Nasional untuk Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan (RIVM) mengatakan menemukan Omicron dalam sampel yang berasal dari 19 dan 23 November.
Hal ini menunjukkan bahwa Omicron sudah menyebar di Eropa barat sebelum kasus pertama diidentifikasi di Afrika selatan.
Dikutip dari wartaekonomi.co.id, temuan itu mendahului kasus positif Covid-19 yang ditemukan di antara penumpang yang datang dari Afrika Selatan pada Jumat (26/11/2021) lalu dan diuji di bandara Schiphol Amsterdam.
“Belum jelas apakah orang-orang yang bersangkutan (dalam kasus-kasus sebelumnya) juga pernah ke Afrika selatan,” kata RIVM, seraya menambahkan bahwa orang-orang tersebut telah diberitahu tentang infeksi Omicron mereka dan bahwa layanan kesehatan setempat telah memulai pelacakan kontak.
"Dalam periode mendatang, berbagai penelitian akan dilakukan terhadap distribusi varian Omicron di Belanda," kata lembaga itu, seraya mencatat bahwa pihaknya juga akan memeriksa kembali lebih banyak sampel dari hasil tes COVID-19 sebelumnya.
Belgia dan Jerman juga mengatakan bahwa tes sampel mengkonfirmasi varian itu ada di negara-negara itu sebelum pejabat kesehatan Afrika Selatan memberi tahu dunia pada 24 November tentang keberadaannya.
Ilmuwan Afrika Selatan telah dipuji karena pertama kali mendeteksi varian baru dan memperingatkan otoritas kesehatan global minggu lalu. Tetapi Omicron kini telah menyebar ke sekitar 20 negara lain.
Di tengah kekhawatiran yang meningkat bahwa penyakit ini bisa lebih mudah menular dari orang ke orang, dan bahwa setidaknya ada resistensi terhadap pengobatan dan vaksin saat ini, banyak negara telah memberlakukan pembatasan perjalanan. penumpang dari negara-negara Afrika selatan.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Varian Omicron Sudah Masuk, Australia Pastikan Takkan Lockdown
Politisi dan ilmuwan Afrika Selatan mengatakan mereka merasa seolah-olah mereka sedang dihukum karena program skrining COVID-19 lanjutan mereka, yang menangkap varian dan memungkinkan negara lain untuk meresponsnya dengan cepat, tetapi telah mengakibatkan larangan perjalanan yang sebagian besar menargetkan negara-negara Afrika.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
Terkini
-
Tetap Tenang, Simak 10 Tips Bagi yang Baru Pertama Kali Naik Pesawat
-
Waspada Hujan di Jogja! Ini Prakiraan Cuaca BMKG untuk 18 September 2025
-
Bantul Optimis Swasembada Beras 2025: Panen Melimpah Ruah, Stok Aman Hingga Akhir Tahun
-
Sampah Menggunung: Jogja Kembali 'Numpang' Piyungan, Kapan Mandiri?
-
Terjebak dalam Pekerjaan? Ini Alasan Fenomena 'Job Hugging' Marak di Indonesia