Galih Priatmojo
Selasa, 14 Desember 2021 | 18:00 WIB
Ketua Federasi Serikat Pekerja Rokok DIY, Waljid Budi Lestarianto dan Ketua APTI Triyanto menyampaikan keberatannya atas kenaikan cukai rokok di Yogyakarta, Selasa (14/12/2021). [Kontributor / Putu Ayu Palupi]

Kondisi ini, lanjut Triyanto membuat perusahaan membeli tembakau sangat murah. Dia menyebutkan, Harga Pokok Produksi (HPP) rokok maksimal Rp 50 ribu per kg. Namun petani tetap menjual dengan harga murah karena berhitung mereka merugi di masa pandemi.

"Kalau seperti ini terus petani tidak tanam, cukai diambil dari mana? Pemerintah rugi juga,” tandasnya.

Perwakilan Lembaga Konsumen Rokok Indonesia, Agus Sunandar menambahkan, alih-alih membeli rokok bercukai, dia mengajak masyarakt memboikotnya. Sebab harga rokok sejak dua bulan terakhir sudah mengalami kenaikan.

"Kami sudah meminta presiden tidak menaikkan cukai tapi tetap saja naik,, kami tidak dianggap, ya lebih baik kita beralih saja dari rokok cukai dengan beli tembakau ke petani dengan tingwe (melinting dewe-red)," paparnya.

Baca Juga: Waroeng Badminton Academy Raih Juara 1 di Kejurda PBSI DIY 2021

Agus menyebutkan, dibandingkan dengan harga cukai, rokok Tingwe jauh lebih murah. Contohnya 1 kg tembakau bisa menghasilkan 1.000 batang rokok dengan berat 1gr. Bila harga tembakau Rp 70 ribu per Kg, maka satu batangnya hanya senilai Rp 70.

“Dibandingkan harga sebatang rokok bercukai yang paling murah Rp 1.500. Tingwe cocok dengan kantong kita dan UMR DIY,” imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More