Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 15 Desember 2021 | 15:44 WIB
tokoh antivaksin di Australia Max Dulumunmun Harrison meninggal dunia akibat Covid-19. [Mirror]

SuaraJogja.id - Seorang tokoh antivaksin yang menentang peraturan lebih ketat terkait vaksin di Australia, dilaporkan meninggal dunia di bangsal Covid-19.

Dikutip dari Mirror, warga keturunan Aborigin, Max Dulumunmun Harrison (85) yang dikenal sebagai tokoh antivaksin meninggal dunia di Hospital Sutherland Sydney, Sabtu lalu, akibat asma bronkitis yang terkait Covid-19 dan komplikasi kesehatan lainnya.

Harrison ialah penasehat budaya mengenai isu kesehatan dan berkaitan budaya untuk Informed Medical Options Party (IMOParty).

Sebelum dilaporkan meninggal dunia, Max sempat menjadi pembicara utama pada perhimpunan Millions March di Hyde Park pada 27 November lalu. Dalam perhimpunan yang dihadiri lebih dari 9000 orang itu, Max dengan lantang mengkritik pemerintah terkait kebijakan vaksin Covid-19.

Baca Juga: Bikin Pabrik di Australia, Moderna Siap Produksi 100 Juta Dosis Vaksin mRNA Tiap Tahun

"Orang-orang tidak memiliki kebebasan karena vaksinasi Covid-19 dan "berjuang untuk berjalan dan berbicara untuk kebebasan," ungkapnya.

"Setiap pembicara di sini hari ini, mereka tidak melakukan apa pun selain berbicara mengenai kebenaran, dan itulah yang kami inginkan," kata Harrison tentang sesama pembicara antivaksin sebelum membandingkan menentang vaksinasi Covid-19 dengan perang.

"Saya telah melalui perang dunia kedua dan semua perang di antaranya, tetapi ini adalah perang paling sulit yang pernah saya alami," tukasnya.

Max merupakan tetua dan budayawan Yuin yang dihormati yang telah mengajar selama bertahun-tahun di sekolah-sekolah di seluruh New South Wales.

NSW Health melaporkan dua pria yang tidak divaksinasi telah meninggal karena Covid-19 dalam 24 jam hingga 8 malam pada Sabtu malam.

Baca Juga: Pria Australia Memotong Saluran Spermanya Karena Khawatir Perubahan Iklim

Negara bagian itu pada hari Sabtu mencatat jumlah kasus tertinggi sejak 9 Oktober, dan yang kedua berturut-turut dengan lebih dari 500 kasus.

Load More