Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 25 Januari 2022 | 19:41 WIB
Ilustrasi prediksi pilpres 2024 (dok. istimewa)

SuaraJogja.id - Sejumlah tokoh politik sudah mulai tancap gas untuk menyambut kontestasi pilpres 2024 mendatang. Ada sosok yang sudah blak-blakan menyatakan siap maju menjadi calon orang nomor satu di Indonesia, ada pula yang sebaliknya.

Pakar politik UGM Wawan Mas'udi menyatakan sebenarnya secara keseluruhan peta politik untuk 2024 mendatang belum terlalu terlihat. Sebab setidaknya 2024 harus dilihat dulu dari komposisi pengelompokan partai politik yang ada. 

"Jadi peluang-peluang partai mana yang bisa saling berinteraksi satu sama lain ini kan yang paling penting," kata Wawan dihubungi awak media, Selasa (25/1/2022).

Sayangnya, kata Wawan, di Indonesia pengelompokan partai atau koalisi partai itu terlalu cair. Sebab tidak berbasis ideologi tetapi berbasis pada negosiasi politik saja. 

Baca Juga: FKKMK UGM Hadirkan Kolaborasi Antarprofesi Tumbuhkan Budaya Kesehatan sejak Pandemi

Walaupun memang tetap saja akan ada titik-titik yang itu membuat antara satu parpol dengan yang lain tidak bisa berinteraksi. Sehingga memang pengelompokan parpol itu nanti akan berpengaruh dalam penentuan peta politik dua tahun mendatang.

Kemudian selain itu, peta politik 2024 mendatang juga akan dilihat dari sumber rekrutmen kepemimpinan yang akan terbagi dalam beberapa arus. 

"Satu arus sumber kepemimpinan yang menggunakan logika trajectory kepemimpinan lokal atau kepemimpinan daerah, para gubernur-gubernur itu. Kemudian yang kedua trajectory kepemimpinan yang cenderung lebih bersifat elit partai. Dalam hal ini ya ketua partai dan para mungkin kandidat-kandidat di nasional itu," paparnya.

Ditambah lagi yang ketiga, disebutkan Wawan adalah para inovator dan profesional. Kelompok ini yang kemudian dinilai akan menjadi arus baru dalam pesta demokrasi pada 2024 mendatang. 

"Kalau dulu streamnya hanya dua ya, tokoh lokal-nasional, elit partai-non elit partai. Kalau sekarang akan ditambah dengan para inovator dan profesional itu akan menjadi bagian penting," terangnya.

Baca Juga: Waspada Varian Omicron, Pokja FKKMK UGM Berharap Balita Bisa Segera Divaksin Covid-19

"Seperti pak ET (Erick Thohir), Nadiem Makarim itukan mewakili profesional dan inovator to. Sementara kalau Puan, AHY, Airlangga, itu mewakili elit partai. Sementara orang kayak Ganjar, Anies, Ridwan Kamil ini kan mewakili trajectory kepemimpinan lokal. Nah tiga stream inilah yang menurut pendapat saya akan bertarung atau konfigurasinya di tahun 2024," sambungnya.

Wawan mengatakan kondisi mendatang akan berbeda dengan yang terjadi pada 2019 silam. Mengingat juga bahwa ada banyak nama-nama baru yang kemudian muncul.

"Ada sedikit perbedaan, pasti akan ada, bukan sedikit ya akan ada banyak perbedaan karena orangnya baru semua dan sumber kepemimpinan juga beda-beda. Akan ada perbedaan, pergeseran, itu yakin," ucapnya.

Sentimen agama yang kemudian dulu muncul juga tidak akan bisa dilupakan begitu saja. Bahkan masih akan tetap muncul kembali pada 2024 mendatang.

"Itu (sentimen agama) sebagai cara berpolitik bisa jadi itu masih akan muncul, tapi mudah-mudahan tidak dominan lah. Tapi kita nggak tahu juga kan," pungkasnya.

Load More