SuaraJogja.id - Sejumlah tokoh politik sudah mulai tancap gas untuk menyambut kontestasi pilpres 2024 mendatang. Ada sosok yang sudah blak-blakan menyatakan siap maju menjadi calon orang nomor satu di Indonesia, ada pula yang sebaliknya.
Pakar politik UGM Wawan Mas'udi menyatakan sebenarnya secara keseluruhan peta politik untuk 2024 mendatang belum terlalu terlihat. Sebab setidaknya 2024 harus dilihat dulu dari komposisi pengelompokan partai politik yang ada.
"Jadi peluang-peluang partai mana yang bisa saling berinteraksi satu sama lain ini kan yang paling penting," kata Wawan dihubungi awak media, Selasa (25/1/2022).
Sayangnya, kata Wawan, di Indonesia pengelompokan partai atau koalisi partai itu terlalu cair. Sebab tidak berbasis ideologi tetapi berbasis pada negosiasi politik saja.
Baca Juga: FKKMK UGM Hadirkan Kolaborasi Antarprofesi Tumbuhkan Budaya Kesehatan sejak Pandemi
Walaupun memang tetap saja akan ada titik-titik yang itu membuat antara satu parpol dengan yang lain tidak bisa berinteraksi. Sehingga memang pengelompokan parpol itu nanti akan berpengaruh dalam penentuan peta politik dua tahun mendatang.
Kemudian selain itu, peta politik 2024 mendatang juga akan dilihat dari sumber rekrutmen kepemimpinan yang akan terbagi dalam beberapa arus.
"Satu arus sumber kepemimpinan yang menggunakan logika trajectory kepemimpinan lokal atau kepemimpinan daerah, para gubernur-gubernur itu. Kemudian yang kedua trajectory kepemimpinan yang cenderung lebih bersifat elit partai. Dalam hal ini ya ketua partai dan para mungkin kandidat-kandidat di nasional itu," paparnya.
Ditambah lagi yang ketiga, disebutkan Wawan adalah para inovator dan profesional. Kelompok ini yang kemudian dinilai akan menjadi arus baru dalam pesta demokrasi pada 2024 mendatang.
"Kalau dulu streamnya hanya dua ya, tokoh lokal-nasional, elit partai-non elit partai. Kalau sekarang akan ditambah dengan para inovator dan profesional itu akan menjadi bagian penting," terangnya.
Baca Juga: Waspada Varian Omicron, Pokja FKKMK UGM Berharap Balita Bisa Segera Divaksin Covid-19
"Seperti pak ET (Erick Thohir), Nadiem Makarim itukan mewakili profesional dan inovator to. Sementara kalau Puan, AHY, Airlangga, itu mewakili elit partai. Sementara orang kayak Ganjar, Anies, Ridwan Kamil ini kan mewakili trajectory kepemimpinan lokal. Nah tiga stream inilah yang menurut pendapat saya akan bertarung atau konfigurasinya di tahun 2024," sambungnya.
Berita Terkait
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
-
Pimpinan Pastikan RUU Pemilu Dibahas di Komisi II, Revisi ASN Tetap Jalan Terus
-
Menghidupkan Semangat Ki Hadjar Dewantara dalam Politik Pendidikan Era AI
-
'Mesra' dengan Megawati, Mungkinkah Prabowo Lepas dari Bayang-bayang Jokowi?
-
Review Film Zero: Ledakan Visual dan Kritik Politik
Terpopuler
- Marselino Ferdinan Dicoret Patrick Kluivert! Ini 3 Calon Penggantinya di Timnas Indonesia
- 17 HP Xiaomi Ini Tidak Didukung HyperOS 2.1, Ada Perangkatmu?
- Sebut Pegawai Luhut Sosok Asli di Foto Ijazah UGM, Roy Suryo: Saya Pastikan 99,9 Persen Bukan Jokowi
- 8 Kode Redeem FF Hari Ini 14 April 2025 Masih Aktif Siap Dipakai, Klaim Sekarang!
- Ini Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan 2025, Warga Jateng Siap-siap Bebas Denda!
Pilihan
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
-
Terus Pecah Rekor! Harga Emas Antam 1 Gram Kini Dibanderol Rp1.975.000
-
Gaikindo Peringatkan Prabowo soal TKDN: Kita Tak Ingin Industri Otomotif Indonesia Ambruk!
-
Piala Dunia U-17 2025: Perlunya Tambahan Pemain Diaspora di Timnas Indonesia U-17
Terkini
-
Omzet Ratusan Juta dari Usaha Sederhana Kisah Sukses Purna PMI di Godean Ini Bikin Menteri Terinspirasi
-
Waspada Jebakan Kerja di Luar Negeri, Menteri Ungkap Modus PMI Unprosedural Incar Anak Muda
-
Dana Hibah Pariwisata Sleman Dikorupsi? Bupati Harda Kiswaya Beri Klarifikasi Usai Diperiksa Kejari
-
Empat Kali Lurah di Sleman Tersandung Kasus Tanah Kas Desa, Pengawasan Makin Diperketat
-
Guru Besar UGM: Hapus Kuota Impor AS? Petani Lokal Bisa Mati Kutu