SuaraJogja.id - Kondisi lingkungan di Desa Sungsang II dan III di Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, sangat tidak terawat. Kondisi ini menjadi permasalahan menahun yang harus segera diselesaikan, mulai dari sampah yang menumpuk di berbagai tempat, air sisa limbah rumah tangga yang dibiarkan mengalir di bawah rumah-rumah warga, hingga ketersediaan sumber air bersih yang sangat minim.
Apalagi, ketersediaan sumber air bersih masyarakat di Desa Sungsang didapatkan hanya dari air hujan yang ditampung di dalam drum-drum air. Jumlah air hujan ini sangat terbatas dan tidak mampu mencukupi jika harus digunakan untuk semua kebutuhan rumah tangga.
“Hal tersebut menjadi permasalahan yang sangat dikeluhkan oleh masyarakat karena untuk mencukupi kebutuhan air masyarakat diharuskan menggunakan air pasang yang sudah bercampur dengan sampah serta sisa buangan limbah rumah tangga,”papar salah satu mahasiswa peserta KKN di Sungsang, Charliene Ngabalin, Kamis (27/1)
Melihat persoalan ini maka tim KKN UGM di Sungsang merancang prototipe filtrasi air yang paling memungkinkan untuk diaplikasikan oleh masyarakat setempat. Prototipe sistem filtrasi air ini menggunakan gabungan dari beberapa metode filtrasi air, mulai dari filtrasi dengan melalui filter RO (Reverse Osmosis) 2 tahap, filtrasi dengan melalui filter sedimen cartridge, filtrasi dengan melalui filter carbon active, serta filtrasi dengan melalui filter zeolite.
“Cara kerja dari sistem filtrasi air ini adalah dengan mengalirkan air keruh yang dibuat cukup bertekanan (harus selalu dipantau tekanannya) melalui pompa air dan masuk ke filter RO yang pertama dan kedua untuk menyaring berbagai kotoran yang terbawa dalam air,”Charliene yang juga Koordinator Mahasiswa Unit (Kormanit) tersebut.
Selanjutnya air akan dialirkan ke filter sediment cartridge untuk menyaring berbagai partikel sedimen padat, lalu air akan lanjut melewati filter carbon active untuk menghilangkan bahan bahan organik, sebagai desinfektan serta menghilangkan bau. Filter terakhir yang dilewati adalah filter zeolite yang berfungsi untuk mengikat kandungan logam yang ada dalam air. Setelah melewati berbagai tahap filtrasi tersebut air yang semula keruh dan tidak layak untuk digunakan dalam kegiatan sehari hari menjadi lebih baik dan dapat.
Mengoptimalkan Ecobrick
Mahasiswi KKN Sungsang lainnya, Desti Putri Amartia, mengatakan untuk mengotimalkan limbah plastik rumah tangga mereka juga membuat ecobrick. Ecobrick adalah botol plastik yang diisi padat dengan limbah plastik untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali. Ecobrick ini adalah teknologi berbasis kolaborasi yang menyediakan solusi limbah padat tanpa biaya untuk individu, rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.
“Dikenal juga sebagai Bottle Brick atau Ecoladrillo. Solusi limbah lokal ini mulai disebut Ecobrick oleh gerakan masyarakat yang berkembang di seluruh dunia,”katanya.
Baca Juga: Mahasiswa KKN UGM yang Terbawa Arus Sungai Ditemukan Meninggal Dunia
Menurutnya, bahan yang digunakan untuk membuat ecobrick diantaranya adalah botol plastik dengan ukuran yang sama, sampah plastik dan batang kayu. Pembuatan ecobrick ini, kata Desti, sangat mudah. Pertama cuci dan sterilkan semua elemen plastik maupun perlengkapan menggunakan sabun anti bakteri. Pensterilan elemen-elemen plastik sangat diperlukan untuk menghilangkan bakteri yang melekat.
Kedua keringkan semua botol dan sampah dengan menjemur nya di bawah sinar matahari. Ketiga masukkan sampah plastik yang dimiliki ke dalam botol tersebut. Jika sampah plastik berukuran besar, potong menggunakan gunting. Keempat padatkan sampah plastik menggunakan ujung bawah sendok ke seluruh ruangan botol.
“Jangan sampai kempes atau mengeluarkan bunyi jika ditekan dari luar. Terakhir tutup botol tersebut dan Anda sudah menyelesaikan satu buah ecobrick. Sangat mudah dan sederhana,”kata mahasiswi Fakultas Biologi angkatan 2018 ini.
Program yang digagas mahasiswa KKN UGM ini mendapat apresiasi dari warga setempat.
Sermila (20) mengatakan program Ecobrick tersebut bagus dan kreatif. Dengan adanya program Ecobrick sampah yang ada bisa digunakan kembali.
“ Kalau kreasinya bagus bisa dijual dan mendatangkan keuntungan,”imbuh Sermila.
Berita Terkait
-
Ini Nilai Rata-Rata Rapor SNMPTN UGM, Unpad dan UI, Calon Mahasiswa Harap Simak Baik-baik!
-
Fenomena Warga Kampung Miliarder Tuban Gigit Jari, Pakar UGM: Perlu Pendampingan dan Berpikir Jangka Panjang
-
Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Cuma Naik 1 Poin, Pukat UGM: Perbaikan Tak Signifikan
-
Musi Banyuasin Bakal Produksi Bensin dari Sawit Berkapasitas 238,5 Kilo Liter per Hari
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik