SuaraJogja.id - Badan Geologi Kementerian ESDM melakukan pemutakhiran data terbaru sekaligus evaluasi terkait aktivitas Gunung Merapi. Hasilnya terdapat perubahan rekomendasi bahaya yang ada di sisi selatan-barat daya.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono dalam keterangan tertulisnya menyatakan bahwa pemutakhiran rekomendasi bahaya ini dilakukan seiring dengan perkembangan aktivitas erupsi saat ini.
Perubahan rekomendasi bahaya itu ada di selatan-barat daya yang meliputi tiga alur sungai yang awalnya 5 kilometer menjadi 7 kilometer.
"Jadi potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan – barat Daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km. Lalu Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km," kata Eko Budi, Kamis (27/1/2022).
Baca Juga: Badan Geologi: Kubah Lava Gunung Merapi Tumbuh Hingga 10 Ribu Meter Kubik Per Hhari
Dijelaskan Eko, sebelumnya rekomendasi bahaya terakhir ditetapkan pada tanggal 25 Juli 2021. Saat itu daerah bahaya guguran lava dan awan panas berada pada sektor selatan dan juga barat daya.
Daerah bahaya itu meliputi Sungai Boyong, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng yang masih direkomendasikan sejauh 5 km. Kemudian pada sektor tenggara masih sama dengan rekomendasi terbaru yakni meliputi Sungai Woro 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
"Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak (sama dengan rekomendasi sebelumnya)," ujarnya.
Lebih jauh, kata Eko, evaluasi yang sudah dilakukan bahwa aktivitas Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Fase erupsi efusif ini bahkan sudah berlangsung lebih dari satu tahun dengan pertumbuhan kubah laba dan pembentukan guguran lava serta awan panas.
Kemudian perubahan topografi lereng akibat aktivitas erupsi juga berpengaruh kepada potensi bahaya guguran dan awan panas berikutnya.
Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi, Awan Panas Guguran Meluncur ke Kali Bebeng
"Untuk itu perlu dilakukan pemutakhiran penilaian bahaya guguran dan awan panas menggunakan data topografi terbaru," terangnya.
Selain itu, Eko mengatakan bahwa intensitas data pemantauan seismik internal (VT dan MP) serta deformasi dalam fase erupsi ini cukup signifikan. Walaupun memang tidak meningkat secara terus menerus.
"Ekstrusi magma diperkirakan masih akan berlangsung denhan tipe erupsi cenderung bersifat efusif," imbuhnya.
Diterangkan Eko, dengan menggunakan data topografi terbaru hasil pemodelan menunjukkan potensi bahaya itu. Jika nantinya kubah lava barat daya longsor secara masif maka akan menimbulkan awan panas guguran ke Sungai Bedog, Bebeng, Krasak sejauh maksimal 6,3 kilometer dan ke Sungai Boyong sejauh 3,9 kilometer.
"Untuk kubah lava tengah, apabila longsor secara masif, maka awan panas guguran ke arah Sungai Gendol akan mencapai jarak 5 kilometer dan ke Sungai Woro sejauh 3 kilometer," paparnya.
Kondisi tersebut kemudian yang membuat adanya perubahan dalam radius bahaya. Khususnya pada sektor barat daya yang sekarang ditetapkan sejauh 7 kilometer dari puncak pada aliran Sungai Bedog, Krasak dan Bebeng.
Mengingat status aktivitas Gunung Merapi yang masih ditetapkan dalam tingkat Siaga, Eko mengimbau kepada masyarakat agar tidak beraktivitas di daerag potensi bahaya tersebut. Selain juga perlu mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Diketahui bahwa status Gunung Merapi pada tingkat Siaga atau Level III itu sudah berlangsung sejak 5 November 2021 lalu.
Sedangkan gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021. Saat itu ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah.
Berita Terkait
-
Mengenang Erupsi Gunung Merapi 2010 di Museum Mini Sisa Hartaku
-
Sejarah Erupsi Gunung Lewotobi dari Masa ke Masa, Terbaru Telan 10 Nyawa
-
Aktivitas Gunung Merapi Intensif, Ratusan Guguran Lava dan Awan Panas Ancam Zona Bahaya
-
Potret dan Profil Juliana Moechtar, Istri Komandan Upacara di IKN Dulunya Pemain Misteri Gunung Merapi
-
Letusan Gunung Kanlaon Filipina: 625 Hektar Lahan Pertanian Hancur Tak Berbekas!
Tag
Terpopuler
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Momen Suporter Arab Saudi Heran Lihat Fans Timnas Indonesia Salat di SUGBK
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Kekayaan AM Hendropriyono Mertua Andika Perkasa, Hartanya Diwariskan ke Menantu
Pilihan
-
Tol Akses IKN Difungsionalkan Mei 2025, Belum Dikenakan Tarif
-
PHK Meledak, Klaim BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp 289 Miliar
-
Investigasi Kekerasan di Paser: Polisi dan Tokoh Adat Serukan Kedamaian
-
Nyawa Masyarakat Adat Paser Melayang, Massa Demo Minta Pj Gubernur dan Kapolda Kaltim Dicopot
-
Komersialisasi Bandara IKN Tunggu Revisi Perpres 131/2023, Kata Wamenhub Suntana
Terkini
-
KPU Gunungkidul Siapkan Jurus Jitu Atasi Kendala Internet di 41 TPS
-
960 Ribu Pelajar dan Mahasiswa Terjerat Judi Online, Ini Cara Kampus di Jogja Mengatasinya
-
Terpidana Mati Mary Jane Bakal Dipindah ke Filipina, Begini Tanggapan Komnas HAM
-
Ratusan TPS Masuk Kategori Rawan, Bawaslu Kulon Progo Intensifkan Pengawasan
-
Banyak Aduan Tidak Ditindaklanjuti, Front Masyarakat Madani Laporkan Bawaslu Sleman ke Ombudsman DIY