Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Sabtu, 29 Januari 2022 | 19:09 WIB
Proses pembuatan sarung tangan baru di sebuah pabrik di Malaysia, Agustus 2020. (ANTARA/Reuters/Lim Huey Teng/as)

SuaraJogja.id - Badan bea cukai Amerika Serikat telah melarang impor dari produsen sarung tangan sekali pakai asal Malaysia, YTY Industry Holdings Sdn Bhd (YTY Group), atas dugaan praktik kerja paksa.

Larangan terhadap perusahaan Malaysia itu merupakan yang ketujuh dalam dua tahun.

Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya telah mengambil tindakan berdasarkan informasi yang secara wajar menunjukkan penggunaan kerja paksa dalam operasi manufaktur di YTY Group.

YTY Group tidak segera memberikan tanggapan pada Sabtu (29/1) melalui surel.

Baca Juga: Krisdayanti Mendadak Jadi Bahasan Media Malaysia, Gaya Hidupnya Disorot

Sejumlah pabrik Malaysia, termasuk beberapa pemasok utama minyak sawit dan sarung tangan medis dunia, mendapat sorotan tajam terkait dugaan penyalahgunaan pekerja asing yang berperan penting dalam tenaga kerja manufaktur di negara itu.

CBP mengatakan pihaknya sudah mengidentifikasi tujuh dari 11 indikator kerja paksa berdasarkan Organisasi Buruh Internasional (ILO) selama investigasinya terhadap YTY Group, termasuk intimidasi, ancaman, jeratan utang, kondisi kerja dan kondisi kehidupan yang kejam, serta lembur yang berlebihan.

Badan itu juga pada Jumat (28/1) menetapkan bahwa produsen minyak sawit Malaysia Sime Darby Plantation Bhd menggunakan kerja paksa dalam operasinya dan barang-barang perusahaan dapat disita.

Berlaku efektif mulai Jumat, badan itu akan menahan barang-barang buatan YTY Group Malaysia dan unitnya, yakni YTY Industry Sdn.Bhd, Green Prospect Sdn Bhd dan GP Lumut, di seluruh pintu masuk AS.

Baca Juga: Perkuat Hubungan Militer Dengan Negara Sahabat, Tentara di Perbatasan Kalbar Silaturahmi dengan Tentera Diraja Malaysia

Load More