Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 11 Februari 2022 | 17:38 WIB
Gunung Merapi meluncurkan awan panas guguran dengan jarak luncur sejauh 2.500 meter ke arah Kali Bebeng pada Jumat sore (21/1/2022). [FOTO ANTARA/HO-BPPTKG]

SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat masih ada luncuran awan panas dan ratusan guguran lava dalam sepekan terakhir.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan aktivitas tersebut tercatat tepatnya pada periode 4-10 Februari 2022. 

"Minggu ini teramati 3 kali awanpanas guguran ke arah barat daya, hulu Sungai Bebeng dengan jarak luncur 1.800–2.000 meter," kata Hanik dalam jumpa pers via daring, Jumat (11/2/2022).

Akibat sejumlah peristiwa awan panas guguran tersebut dilaporkan terjadi hujan abu pada tanggal 6 Februari 2022 lalu. Dengan sebaran wilayah antara lain di Kecamatan Cangkringan, Sleman dan Musuk, Boyolali

Baca Juga: Potensi Banjir Lahar Merapi, BPBD Sleman: Lihat Situasi Jangan Memaksakan Kehendak

Tidak hanya wedus gembel saja yang keluar dari puncak Merapi dalam sepekan terakhir. Ratusan lava juga masih terus meluncur gunung api aktif tersebut.

"Guguran lava teramati sebanyak 133 kali ke arah barat daya dominan ke Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter," ungkapnya.

Dalam sepekan terakhir, kata Hanik, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari, sedangkan siang hingga sore hari berkabut. 

Disampaikan Hanik, dalam pekan ini tidak teramati adanya perubahan morfologi secara signifikan di dua kubah lava yang ada. Baik itu kubah sektor barat daya maupun kubah lava sektor tengah.

"Masih hampir sama seperti minggu lalu, volume kubah lava barat daya sebesar 1.670.000 meter kubik dan kubah tengah sebesar 3.007.000 meter kubik," tuturnya.

Baca Juga: 24 Truk Terjebak Banjir Lahar Gunung Merapi

Hanik menuturkan bahwa intensitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi. Dengan dominasi dari kegempaan guguran yang mencapai 908 kali dalam sepekan terakhir ini.

Terkait dengan deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada minggu ini, kata Hanik menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 0,7 cm per hari.  

Disampaikan Hanik, hujan beberapa kali juga sempat terjadi di puncak Merapi. Seperti yang terpantau di Pos Babadan pada tanggal 6 Februari 2022 kemarin yang mencatat intensitas curah hujan sebesar 43 mm/jam selama 25 menit.

"Akibat hujan itu tidak dilaporkan adanya banjir lahar hujan maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Merapi," terangnya.

Diketahui bahwa status Gunung Merapi pada tingkat Siaga atau Level III itu sudah berlangsung sejak 5 November 2021 lalu. 

Sedangkan gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021. Saat itu ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah.

Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km. Lalu untuk Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. 

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," pungkasnya.

Load More