Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Jum'at, 11 Maret 2022 | 18:32 WIB
Konferensi pers terkait launching Pendampingan, Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan dalam Tiga Bulan Pra Nikah sebagai Upaya Pencegahan Stunting dari Hulu kepada Calon Pengantin, Jumat (11/3/2022) di Kompleks Parasamya I Bantul. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Prevalensi kasus stunting di Kabupaten Bantul sampai saat ini mencapai 16 persen. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul berkomitmen untuk menekan jumlah tersebut hingga 14 persen. 

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan, pihaknya mengalokasikan anggaran sebesar Rp46,5 miliar untuk penanggulangan stunting. Dana tersebut lantas diberikan ke 933 padukuhan yang ada di Bumi Projotamansari. 

"Jumlah posyandunya juga ada 933 dan kami beri anggaran Rp50 juta di padukuhan-padukuhan tersebut," jelasnya, Jumat (11/3/2022).  

Adapun cara penanggulangan stunting yakni memberdayakan posyandu-posyandu di padukuhan. Petugas posyandu harus tahu secara pasti berapa orang yang hamil dan berisiko di wilayahnya.  

Baca Juga: 13 Daerah di Sumut Miliki Angka Stunting di Atas 30 Persen

"Kemudian dikoordinasikan dengan pihak puskesmas karena datanya sudah ada," paparnya. 

Halim menyatakan bahwa petugas posyandu harus mendampingi warga desa yang tidak berpendidikan tinggi. Biasanya mereka kurang memahami perihal merawat kandungannya. 

"Untuk itu butuh bantuan dan panduan dari tenaga posyandu yang berada di padukuhan itu," ujarnya. 

Terlebih dengan adanya program pemantauan pemeriksaan tiga bulan sebelum menikah, diharapkan bisa mendukung pemkab untuk sosialisasi tentang dampak stunting. Posyandu punya peran untuk turut mensosialisasikan

"Cara baru yang hari ini diluncurkan yaitu pemantauan pemeriksaan tiga bulan sebelum pernikahan. Saya kira dengan dukungan posyandu itu, sosialisasi bisa dilakukan secara cepat dan masif di seluruh Bantul," katanya. 

Baca Juga: Musa Rajekshah Optimis Kasus Stunting di Sumut Turun 14 Persen di 2024

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menambahkan, dengan cara baru ini akan melibatkan 1.200 tim pendamping keluarga (TPK) dari BKKBN di Bumi Projotamansari. TPK terdiri dari tiga unsur yaitu kader KB, PKK, dan bidan/petugas kesehatan yang diberikan tugas untuk memberikan informasi, edukasi, dan konseling secara virtual atau tatap muka kepada calon pengantin yang akan melakukan pernikahan dalam waktu dekat.

Sementara total pendamping keluarga BKKBN di seluruh indonesia kurang lebih ada 600 ribu orang. 

"Yang menikah di Indonesia dalam setahun ada dua juta orang. Jadi dengan total pendamping keluarga yang kami miliki  saya kira tidak akan kekurangan untuk mengingatkan, menemani, dan mengisi aplikasi dalam rangka memasukkan data seperti  tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, dan kadar Hb." 

"Untuk Hb batasannya 11,05 persen dan lingkar lengan atas 23,5 sentimeter. Hasil pemeriksaan selanjutnya di-input melalui aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Hamil)," kata mantan Bupati Kulon Progo periode 2011-2019 itu.

Load More