SuaraJogja.id - Prevalensi kasus stunting di Kabupaten Bantul sampai saat ini mencapai 16 persen. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul berkomitmen untuk menekan jumlah tersebut hingga 14 persen.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan, pihaknya mengalokasikan anggaran sebesar Rp46,5 miliar untuk penanggulangan stunting. Dana tersebut lantas diberikan ke 933 padukuhan yang ada di Bumi Projotamansari.
"Jumlah posyandunya juga ada 933 dan kami beri anggaran Rp50 juta di padukuhan-padukuhan tersebut," jelasnya, Jumat (11/3/2022).
Adapun cara penanggulangan stunting yakni memberdayakan posyandu-posyandu di padukuhan. Petugas posyandu harus tahu secara pasti berapa orang yang hamil dan berisiko di wilayahnya.
"Kemudian dikoordinasikan dengan pihak puskesmas karena datanya sudah ada," paparnya.
Halim menyatakan bahwa petugas posyandu harus mendampingi warga desa yang tidak berpendidikan tinggi. Biasanya mereka kurang memahami perihal merawat kandungannya.
"Untuk itu butuh bantuan dan panduan dari tenaga posyandu yang berada di padukuhan itu," ujarnya.
Terlebih dengan adanya program pemantauan pemeriksaan tiga bulan sebelum menikah, diharapkan bisa mendukung pemkab untuk sosialisasi tentang dampak stunting. Posyandu punya peran untuk turut mensosialisasikan
"Cara baru yang hari ini diluncurkan yaitu pemantauan pemeriksaan tiga bulan sebelum pernikahan. Saya kira dengan dukungan posyandu itu, sosialisasi bisa dilakukan secara cepat dan masif di seluruh Bantul," katanya.
Baca Juga: 13 Daerah di Sumut Miliki Angka Stunting di Atas 30 Persen
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menambahkan, dengan cara baru ini akan melibatkan 1.200 tim pendamping keluarga (TPK) dari BKKBN di Bumi Projotamansari. TPK terdiri dari tiga unsur yaitu kader KB, PKK, dan bidan/petugas kesehatan yang diberikan tugas untuk memberikan informasi, edukasi, dan konseling secara virtual atau tatap muka kepada calon pengantin yang akan melakukan pernikahan dalam waktu dekat.
Sementara total pendamping keluarga BKKBN di seluruh indonesia kurang lebih ada 600 ribu orang.
"Yang menikah di Indonesia dalam setahun ada dua juta orang. Jadi dengan total pendamping keluarga yang kami miliki saya kira tidak akan kekurangan untuk mengingatkan, menemani, dan mengisi aplikasi dalam rangka memasukkan data seperti tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, dan kadar Hb."
"Untuk Hb batasannya 11,05 persen dan lingkar lengan atas 23,5 sentimeter. Hasil pemeriksaan selanjutnya di-input melalui aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Hamil)," kata mantan Bupati Kulon Progo periode 2011-2019 itu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Hentikan Pemburu Rente, Guru Besar UGM Nilai Program MBG Lebih Aman Jika Dijalankan Kantin Sekolah
-
Satu Kampung Satu Bidan, Strategi Pemkot Yogyakarta Kawal Kesehatan Warga dari Lahir hingga Lansia
-
Malioboro Jadi Panggung Rakyat: Car Free Day 24 Jam Bakal Warnai Ulang Tahun ke-269 Kota Jogja
-
Lebih dari Sekadar Rekor Dunia, Yogyakarta Ubah Budaya Lewat Aksi 10 Ribu Penabung Sampah
-
Wisata Premium di Kotabaru Dimulai! Pasar Raya Padmanaba Jadi Langkah Awal Kebangkitan Kawasan