Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Rahmat jiwandono
Selasa, 15 Maret 2022 | 20:43 WIB
Sampel kedelai grobogan (kanan) yang dipanen di Nogosari, Selopamioro, Imogiri, Bantul. - (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Produksi kedelai dalam negeri hanya dapat memenuhi 10 persen dari kebutuhan kedelai nasional saat ini. Sepanjang sejarah menunjukkan produksi kedelai nasional tertinggi pernah dicapai sebesar 1,87 juta ton di tahun 1991-1992.

Namun setelah itu hasil produksi semakin menyusut dan makin mengecil volumenya. Penurunan produksi tersebut menjadikan Indonesia semakin jauh dari swasembada kedelai.

Ketergantungan impor kedelai untuk pemenuhan kebutuhan nasional, berdampak seperti kondisi saat ini, harga kedelai mengalami kenaikan menyesuaikan dengan kondisi ekonomi perdagangan dunia.

Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UGM Profesor Eni Harmayani mengatakan, guna mengurangi ketergantungan pada kedelai impor, pihaknya mengembangkan kedelai dari Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Kedelai ini ditanam di Padukuhan Nogosari, Kalurahan Selopamioro, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul.

Baca Juga: Kedelai Impor Mahal, Produsen Tahu Tempe di Kudus Terpaksa Tutup Dua Hari

"Hasil panen kedelai tersebut dari satu hektare lahan mampu menghasilkan sekitar 1,9 ton," ujarnya, Selasa (15/3/2022).

Menurut dia, hasil panen kedelai Grobogan lebih kuning dan lebih besar butirannya dibanding kedelai Amerika Serikat, sehingga kualitasnya lebih bagus.

"Maka harapannya tidak menganggap lagi produk impor selalu lebih baik dibanding produk dalam negeri," ungkapnya.

Apabila hasil panen bisa mendekati produktivitas lahan di Amerika Serikat, sambungnya, pasti akan banyak investor yang berminat untuk menanam kedelai di Indonesia. Pasalnya, investor baru akan menanamkan modal jika mendapat kepastian berapa jumlah kedelai dalam negeri yang dapat dihasilkan.

"Sekarang yang ditanyakan investor itu bisa mencapai berapa ton hasil produktivitas kedelai dalam negeri," katanya.

Baca Juga: Pemkab Bantul Harap Pendampingan UGM Kembangkan Varietas Kedelai di Lahan Pasir

Supaya bisa mendekati produktivitas kedelai dari Amerika serikat, katanya, seluruh stakeholder harus serius mengembangkan kedelai ini di dalam negeri. Karena itu, butuh kerjasama lintas sektoral mulai dari pemerintah, industri, masyarakat, perguruan tinggi, hingga investor.

"Tinggal bagaimana memasarkannya, prinsipnya dari hulu ke hilir harus dikeroyok bersama-sama untuk dikerjakan bareng. Jangan cari yang mudah saja, harus mau berusaha bersama-sama," ujar dia.

Ia menambahkan, kebutuhan masyarakat Indonesia akan kedelai terbilang banyak. Contohnya untuk makanan yang berbahan baku kedelai seperti tahu, tempe, kecap, dan oncom.

"Jadi ketika kebutuhan itu tidak bisa terpenuhi maka pasti impor dan jumlahnya sangat besar. Sebenarnya ini peluang bagi dalam negeri untuk bisa substitusi atau mengganti kedelai impor, itu yang harus ditingkatkan," terangnya.

Load More