SuaraJogja.id - Produksi kedelai dalam negeri hanya dapat memenuhi 10 persen dari kebutuhan kedelai nasional saat ini. Sepanjang sejarah menunjukkan produksi kedelai nasional tertinggi pernah dicapai sebesar 1,87 juta ton di tahun 1991-1992.
Namun setelah itu hasil produksi semakin menyusut dan makin mengecil volumenya. Penurunan produksi tersebut menjadikan Indonesia semakin jauh dari swasembada kedelai.
Ketergantungan impor kedelai untuk pemenuhan kebutuhan nasional, berdampak seperti kondisi saat ini, harga kedelai mengalami kenaikan menyesuaikan dengan kondisi ekonomi perdagangan dunia.
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UGM Profesor Eni Harmayani mengatakan, guna mengurangi ketergantungan pada kedelai impor, pihaknya mengembangkan kedelai dari Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Kedelai ini ditanam di Padukuhan Nogosari, Kalurahan Selopamioro, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul.
Baca Juga: Kedelai Impor Mahal, Produsen Tahu Tempe di Kudus Terpaksa Tutup Dua Hari
"Hasil panen kedelai tersebut dari satu hektare lahan mampu menghasilkan sekitar 1,9 ton," ujarnya, Selasa (15/3/2022).
Menurut dia, hasil panen kedelai Grobogan lebih kuning dan lebih besar butirannya dibanding kedelai Amerika Serikat, sehingga kualitasnya lebih bagus.
"Maka harapannya tidak menganggap lagi produk impor selalu lebih baik dibanding produk dalam negeri," ungkapnya.
Apabila hasil panen bisa mendekati produktivitas lahan di Amerika Serikat, sambungnya, pasti akan banyak investor yang berminat untuk menanam kedelai di Indonesia. Pasalnya, investor baru akan menanamkan modal jika mendapat kepastian berapa jumlah kedelai dalam negeri yang dapat dihasilkan.
"Sekarang yang ditanyakan investor itu bisa mencapai berapa ton hasil produktivitas kedelai dalam negeri," katanya.
Baca Juga: Pemkab Bantul Harap Pendampingan UGM Kembangkan Varietas Kedelai di Lahan Pasir
Supaya bisa mendekati produktivitas kedelai dari Amerika serikat, katanya, seluruh stakeholder harus serius mengembangkan kedelai ini di dalam negeri. Karena itu, butuh kerjasama lintas sektoral mulai dari pemerintah, industri, masyarakat, perguruan tinggi, hingga investor.
Berita Terkait
-
Viral Pencari Bekicot Dituduh Mencuri Oleh Polisi, Kapolres Grobogan Minta Maaf, Aipda IR Diperiksa Propam
-
Catat! Ini Dia Ciri Kecap Manis Berkualitas untuk Masakan Nusantara Otentik
-
3 Serum dengan Kandungan Soybean, Rahasia Kulit Kenyal dan Bebas Kusam!
-
Bye Elpiji 3 Kg! Warga Grobogan Manfaatkan Gas Rawa untuk Memasak, Kok Bisa?
-
Mereka yang Kehilangan Nyawa Demi Antre Gas Melon
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
Pilihan
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
-
APBN Kian Tekor, Prabowo Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
-
Prabowo 'Kebakaran Jenggot' Respons Tarif Trump, Buka Seluruh Kran Impor: Pengusaha Teriak Bumerang!
-
Solusi Pinjaman Syariah Tanpa Riba, Tenor Panjang dan Plafon Sampai Rp150 Juta!
Terkini
-
Deadline Penggusuran di Depan Mata, Warga Lempuyangan Lawan PT KAI: "Bukan Asetmu, Ini Tanah Kami
-
Viral, Foto Pendaki di Puncak Gunung Merapi Bikin Geger, Padahal Pendakian Ditutup
-
Sleman Pastikan Tak Ada ASN Bolos, Tapi Keterlambatan Tetap Jadi Sorotan
-
Pemda DIY Ngebut Bangun Sekolah Rakyat, Siswa Miskin Bisa Sekolah Juli 2025
-
Pengawasan Jebol hingga Daging Sapi Antraks Dijual Bebas, 3 Warga Gunungkidul Terinfeksi