SuaraJogja.id - Para pejabat AS dan Ukraina mengatakan, warga sipil yang mengantre untuk mendapatkan roti dan berlindung di sebuah gedung teater telah dibunuh pasukan Rusia. Kemarahan dunia atas invasi Rusia ke Ukraina pun makin mendidih, Kamis (17/3/2022).
Presiden AS Joe Biden menyebut pemimpin Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang dalam berbagai komentar.
Menurut Kremlin, komentar- komentar itu "tidak dapat dimaafkan" sementara Kremlin bersikeras bahwa perang di Ukraina "akan direncanakan" di tengah upaya mencapai kompromi dalam pembicaraan damai.
Moskow belum merebut salah satu kota terbesar Ukraina meskipun ada serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Lebih dari 3 juta orang Ukraina telah mengungsi dan ribuan orang tewas saat perang memasuki minggu keempat.
Baca Juga: NATO Tuding Rusia Bisa Lakukan Serangan Senjata Kimia Lewat Operasi 'Bendera Palsu'
Di ibu kota Kiev, sedikitnya satu orang tewas dan tiga lainnya luka-luka ketika sebuah bangunan perumahan dihantam oleh rudal yang ditembakkan Rusia, kata badan-badan layanan darurat, Kamis.
Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan pada Rabu bahwa pasukan Rusia menjatuhkan bom berkekuatan besar di sebuah gedung teater di Mariupol, kota pelabuhan wilayah selatan yang terkepung, menyebabkan banyak warga sipil terjebak dan korban yang tak diketahui jumlahnya.
Reuters tidak dapat memverifikasi informasi tersebut secara independen.
Maxar Technologies, sebuah perusahaan swasta AS, mendistribusikan citra satelit yang konon diperoleh pada 14 Maret dan menunjukkan kata "anak-anak" dalam tulisan besar huruf Rusia yang ditorehkan di tanah di luar gedung beratap merah.
Gedung teater itu telah menampung setidaknya 500 warga sipil, menurut Human Rights Watch.
Baca Juga: Demi Bebaskan Wali Kota Melitopol, Ukraina Serahkan Sembilan Tentara Rusia Yang Tertangkap
"Ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang target apa yang dikehendaki di kota yang warga sipilnya telah dikepung selama berhari-hari dan telekomunikasi, listrik, air, dan pemanas hampir sepenuhnya terputus," kata Belkis Wille dari kelompok hak asasi itu.
Berita Terkait
-
Reporter TV Pro-Putin Tewas Diledakkan Ranjau di Perbatasan Rusia-Ukraina
-
Rusia Lancarkan Serangan Udara Dahsyat: 139 Drone dan Rudal Hantam Ukraina Semalam
-
Trump Gebrak Meja: Zelensky 'Tidak Hormati' AS dan Ancam Hentikan Bantuan!
-
Gencatan Senjata Rusak? Rusia Tuding Ukraina Sabotase Kesepakatan Putin-Trump!
-
Pertemuan Rahasia Trump-Putin Ungkap Titik Temu untuk Ukraina? Zelensky Bakal Bertemu di Arab Saudi
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
Pilihan
-
Bodycharge Mematikan Jadi Senjata Rahasia Timnas U-17 di Tangan Nova Arianto
-
Kami Bisa Kalah Lebih Banyak: Bellingham Ungkap Dominasi Arsenal atas Real Madrid
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
-
APBN Kian Tekor, Prabowo Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
Terkini
-
Jogja Hadapi Lonjakan Sampah Pasca Lebaran, Ini Strategi Pemkot Atasi Tumpukan
-
Revitalisasi Stasiun Lempuyangan Diprotes, KAI Ungkap Alasan di Balik Penggusuran Warga
-
Soal Rencana Sekolah Rakyat, Wali Kota Yogyakarta Pertimbangkan Kolaborasi Bersama Tamansiswa
-
Solusi Anti Pesing Malioboro, Wali Kota Jogja Cari Cara Antisipasi Terbaik
-
Praktisi UGM Rilis 2 E-Book Kehumasan: Solusi Jitu Hadapi Krisis Komunikasi di Era Digital