SuaraJogja.id - Dokter RS Akademik Universitas Gajah Mada Ahmad Fikri Syadzali menyebut masih banyak stigma terkait dengan penyakit Tuberkulosis (TB) yang melekat di masyarakat. Kondisi itu yang kemudian menjadi kendala penanganan dan pengendalian TB selama ini.
"Kendala biasanya stigma masyarakat untuk TB. Kan kalau kita kalau ada yang kena TB nanti menular-menular, stigma masyarakat itu kan kurang bagus kalau untuk TB. Jadi dijauhi dari lingkungan," kata Fikri ditemui SuaraJogja.id seusai Seminar Hari Tuberkulosis Sedunia Tahun 2022 di Hotel Grand Serela, Kamis (31/3/2022).
Padahal, kata Fikri, TB adalah penyakit yang bisa disembuhkan hingga kemudian tidak menular lagi ketika itu benar dan berhasil diobati.
Stigma itu tadi kemudian juga berpengaruh kepada kesadaran masyarakat. khususnya untuk memeriksakan kondisi TB jika memang menjadi kontak erat penularan.
Baca Juga: Seminar Hari Tuberkulosis Sedunia, Dinkes Sleman Komitmen Wujudkan Eliminasi TB di 2030
"Misalkan TB itu kalau sudah tertular di rumah yang pasti ada orang lain, entah itu istri, suami, anak, atau saudara. Itu juga perlu diperiksakan, kalau misalkan dalam satu rumah ada satu pasien yang positif (TB) itu harus diskrining semua," ungkapnya.
Kendala lain dalam penanganan TB adalah kepatuhan mengonsumsi obat-obatan yang dibutuhkan ketika sudah didiagnosis menderita TB. Disampaikan Fikri, kebanyakan pasien TB berhenti mengkonsumsi obat jika sudah merasa lebih baik.
Padahal seharusnya ada batasan minimal waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan obat itu. Sehingga tidak bisa berhenti di tengah jalan begitu saja.
"Ada beberapa pasien jika tidak diedukasi dari awal harus selesai 6 bulan minimal ya bisa putus sampai dua bulan saja, enggak berobat lagi. Mestinya kan sampai 6 bulan ya. Biasanya memang dua bulan udah enakan setelah udah engga batuk, enggak sesek ya udah enggak lanjut pengobatan lagi," tuturnya.
Sehingga memang beberapa kendala itu masih menjadi tantangan dalam penanganan TB. Walaupun saat ini akses pengobatan pun sudah sangat tersedia di berbagai fasilitas layanan kesehatan yang ada.
Baca Juga: Menkes Ungkap Tiga Langkah Penting Advokasi Isu Tuberkulosis
Ditambah dengan kader-kader kesehatan TB yang aktif memantau kondisi masyarakat. Meskipun tetap perlu kesadaran yang tinggi dari masyarakat itu sendiri.
Berita Terkait
-
Tantangan Kesehatan Indonesia: Pencegahan dan Terapi untuk Penyintas TB dan Penyakit Paru Kronis
-
WHO Tetapkan TB Penyakit Menular Paling Mematikan, Eliminasi Harus Dimulai dari Pencegahan
-
Terbanyak di Indonesia, Guru Besar FKUI Wanti-wanti Prabowo soal Kasus TB: Situasi di Dunia Masih Jauh dari Harapan
-
Tuberkulosis Bisa Serang Otak, Tulang, dan Kulit: Kenali Gejalanya untuk Berobat Gratis!
-
Ngeri! Tuberkulosis Penyakit Menular Paling Mematikan di Dunia, Ini Fakta WHO
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
Pilihan
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
Terkini
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin
-
Soroti Maraknya Kasus Kekerasan Seksual Dokter Spesialis, RSA UGM Perkuat Etika dan Pengawasan