Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Senin, 11 April 2022 | 20:43 WIB
Ketua Umum PBNU periode 2021-2026, KH Yahya Cholil Staquf, memberi ceramah tarawih secara daring di Masjid Kampus UGM, Senin (11/4/2022). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026, KH Yahya Cholil Staquf mengisi ceramah tarawih secara daring di Masjid Kampus UGM, Senin (11/4/2022) malam. Kakak kandung Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas ini mengajak muslim untuk meninggalkan konflik identitas yang dapat memecah belah bangsa. 

Gus Yahya, pria yang akrab disapa demikian itu menilai bahwa konflik di tengah masyarakat tak hanya di Indonesia namun juga seluruh negara, yang memang tak bisa dihindari. Ia mengatakan dulu, konflik militer menjadi hal yang terjadi cukup serius. 

Namun berkembangnya zaman, konflik-konflik ini berubah, bahkan menjadi konflik identitas seperti yang terjadi di Indonesia. 

"Parahnya konflik identitas agama di Indonesia ini yang masih terjadi. Karena gesekan agama, akhirnya muslim ikut terseret, bahkan tak jarang ada yang memusuhi Islam itu sendiri," ujar Gus Yahya di sela ceramah yang diputar secara daring, Senin. 

Baca Juga: Gus Yahya: Carilah Guru yang Mempunyai Sanad kepada Rasulullah

Ia melanjutkan konflik identitas sangat rawan terjadinya fitnah. Dalam Islam, fitnah merupakan hal yang sangat berbahaya jika insan manusia yang melakukannya. 

Karena kondisi tersebut, tak jarang sesama manusia, bahkan sesama muslim sendiri terjadi permusuhan. 

"Ini sangat berbahaya, saya pribadi mengajak masyarakat muslim mulai hilangkan konflik-konflik yang menyeret agama ini. Kita sebagai muslim harus menjaga pribadi yang baik untuk diri sendiri dan juga Islam," katanya. 

Bukan tanpa alasan, fitnah hingga konflik yang berkedok identitas agama ini perihal yang tidak disukai Allah SWT. 

"Allah akan mengancam dengan neraka. Itu bagi Allah bukan perkara sulit, dan sangat mudah," ujar dia. 

Baca Juga: Bertemu Menag Yaqut dan Ketum PBNU Gus Yahya, Megawati Cerita Pengalamannya Bersama Gus Dur

Menurutnya, saat ini adalah waktu untuk penyelamatan dunia dan tidak meneruskan konflik identitas. Perbedaan selalu ada dalam kelompok-kelompok masyarakat, namun toleransi dan pemahaman satu sama lain harus dimiliki setiap muslim. 

Bahkan di momen Ramadhan tahun ini, menjadi jembatan untuk menghilangkan dan menerima perbedaan yang ada. 

"Momentum Ramadhan selalu menjadi harapan muslim untuk mendapatkan fitrah. Maka dimulai dari sini, mari saling memahami perbedaan, hidupkan toleransi dan kita capai hari fitri tanpa konflik yang berkepanjangan di Indonesia," ungkapnya.

Load More