Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 10 Mei 2022 | 08:33 WIB
Sri Subekti bersama salah satu anaknya Nisabela Putri mendorong gerobak untuk mencari rongsokan di Jalan Affandi, Gejayan, Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman, Senin (9/5/2022). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Belum ditambah dengan biaya sekolah kedua anaknya. Hingga kebutuhan makan setiap harinya.

"Paling beli buku paket, kalau SPP sekitar Rp100 ribu tapi pas tahun ajaran baru itu sarpras bisa mencapai Rp500 ribu juga tapi ya dicicil, sepunyanya saya," ucapnya.

"Kamar kos juga kecil saja sekitar 3x2 meter. Tapi alhamdulillah di Jogja segitu udah lumayan, udah bisa tidur, tidak kehujanan di jalan udah bagus," imbuhnya.

Disebutkan Sri bahwa pendapatannya sehari pun juga tidak menentu. Hanya berkisar Rp30-50 ribu saja per hari. Tentu bukan jumlah yang ideal untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari bersama anaknya.

Baca Juga: Minta Maaf Soal Dugaan Pungli Parkir Mie Gacoan Gejayan, Pihak Resto Buka Suara

Namun, ia menegaskan bahwa selama ini pendapatan dari hasil menjual rongsokan itu masih cukup untuk bertahan. 

"Cukup. Jujur saja walaupun hanya pas-pasan. Kalau untuk biaya tiap hari kos itu sudah ngepres (mepet). Jadi ya pas-pasan tapi saya syukuri yang penting saya sehat masih bisa menyekolahkan anak," tegasnya.

Sri Subekti bersama salah satu anaknya Nisabela Putri mendorong gerobak untuk mencari rongsokan di Jalan Affandi, Gejayan, Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman, Senin (9/5/2022). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Sri mengatakan memang harus pintar-pintar untuk mengatur keuangannya. 

"Saya harus pintar-pintar memanage. Kalau hasil sedikit ya ngirit, ibarat cuma makan sayur bayem sama tempe saja. Yang penting ada sayur ada lauk, yang masalah lainnya buat kos, disisih-sisihkan, untuk sekolah juga. Kalau makan ngirit, gizi buat anak, kalau saya ya seadanya. Intinya penting sayur harus tiap hari," paparnya

Guna mencukupi kebutuhannya itu, Sri bahkan tak kenal libur untuk berkeliling mencari rongsokan. Setiap hari tanpa kenal lelah, ia terus mendorong gerobaknya melewati sejumlah rute.

Baca Juga: Review Bintang Satu, Nama Mie Gacoan Gejayan di Google Maps Sampai Diganti Gara-Gara Parkir

"Kerja setiap hari, saya sakit pun kerja. Intinya kan setiap hari buruh makan, butuh bayar kost, jadi sakit pun tetep kerja. Kalau sakit pelan-pelan saya berhenti, capek, kemarin habis sebulan sakit kecapekan cuma jalan saja pelan-pelan," terangnya.

Load More