Pasalnya jarak kos ke sekolah sendiri juga tidak bisa dibilang dekat. Apalagi mereka hanya berjalan kaki. Sri dan anak-anaknya membutuhkan waktu 40 menit untuk mengantar anaknya ke sekolah sembari mencari rongsok.
"Memang duduk di atas (gerobak) biar tidak capek, kasihan. Pokoknya kalau saya bisa anak saya suruh enak saja. Tapi karena terpaksa ini juga. Karena keadaan saya harus nganter harus ini itu, jadi ya begini saja dulu," sambungnya.
Pendapatan Tak Seberapa
Sri mengaku bahwa hasil mencari rongsokan itu memang tidaklah seberapa. Apalagi jika disandingkan dengan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi.
Dihitung dari pengeluaran untuk membayar kost. Sri sudah harus menyisihkan kurang lebih Rp500 ribu per bulannya. Dengan rincian biaya kos per bulan Rp350 ribu, air Rp100 dan listrik Rp50 ribu.
Belum ditambah dengan biaya sekolah kedua anaknya. Hingga kebutuhan makan setiap harinya.
"Paling beli buku paket, kalau SPP sekitar Rp100 ribu tapi pas tahun ajaran baru itu sarpras bisa mencapai Rp500 ribu juga tapi ya dicicil, sepunyanya saya," ucapnya.
"Kamar kos juga kecil saja sekitar 3x2 meter. Tapi alhamdulillah di Jogja segitu udah lumayan, udah bisa tidur, tidak kehujanan di jalan udah bagus," imbuhnya.
Disebutkan Sri bahwa pendapatannya sehari pun juga tidak menentu. Hanya berkisar Rp30-50 ribu saja per hari. Tentu bukan jumlah yang ideal untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari bersama anaknya.
Baca Juga: Minta Maaf Soal Dugaan Pungli Parkir Mie Gacoan Gejayan, Pihak Resto Buka Suara
Namun, ia menegaskan bahwa selama ini pendapatan dari hasil menjual rongsokan itu masih cukup untuk bertahan.
"Cukup. Jujur saja walaupun hanya pas-pasan. Kalau untuk biaya tiap hari kos itu sudah ngepres (mepet). Jadi ya pas-pasan tapi saya syukuri yang penting saya sehat masih bisa menyekolahkan anak," tegasnya.
Sri mengatakan memang harus pintar-pintar untuk mengatur keuangannya.
"Saya harus pintar-pintar memanage. Kalau hasil sedikit ya ngirit, ibarat cuma makan sayur bayem sama tempe saja. Yang penting ada sayur ada lauk, yang masalah lainnya buat kos, disisih-sisihkan, untuk sekolah juga. Kalau makan ngirit, gizi buat anak, kalau saya ya seadanya. Intinya penting sayur harus tiap hari," paparnya
Guna mencukupi kebutuhannya itu, Sri bahkan tak kenal libur untuk berkeliling mencari rongsokan. Setiap hari tanpa kenal lelah, ia terus mendorong gerobaknya melewati sejumlah rute.
"Kerja setiap hari, saya sakit pun kerja. Intinya kan setiap hari buruh makan, butuh bayar kost, jadi sakit pun tetep kerja. Kalau sakit pelan-pelan saya berhenti, capek, kemarin habis sebulan sakit kecapekan cuma jalan saja pelan-pelan," terangnya.
Berita Terkait
-
Istri Nelepon Minta Dibelikan Baju Lebaran, Pemulung Ini Begal Motor Siswi SMK di Indralaya
-
Saat Kecil Jadi Pemulung, Wanita ini Ungkap Kisah Pilu Hidupnya hingga Sukses Meski Ditinggal Ortu saat Umur 8 Tahun
-
Salut! Takut Makan Pakai Uang Haram Anggota TNI Ini Nyambi Jadi Pemulung
-
Viral Pemulung Buang Nasi Kotak Pemberian Warga, Netizen Malah Kecam Pemberi Nasi
Terpopuler
- Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP Gaming Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaru Agustus 2025, Murah Performa Lancar
-
Neraca Pembayaran RI Minus Rp109 Triliun, Biang Keroknya Defisit Transaksi Berjalan
-
Kak Ros dan Realita Pahit Generasi Sandwich
-
Immanuel Ebenezer: Saya Lebih Baik Kehilangan Jabatan
-
Emas Antam Menggila, Harga Naik Kembali ke Rp 1,9 Juta per Gram
Terkini
-
Disperindag Sleman Ungkap Penyebab Harga Beras Naik: Bukan Hanya Soal Stok
-
Danais DIY Dipangkas Setengah Miliar! Sultan Tolak Lobi Prabowo
-
Trans Jogja Tabrak Pejalan Kaki Hingga Tewas: Polisi Buru Bukti CCTV, Ada Kelalaian?
-
Sultan Legawa Danais Dipangkas, DPRD DIY Meradang! Apa yang Terjadi?
-
Guru Jadi Garda Depan! Strategi Kemenko Polkam Internalisasi Pancasila di Dunia Pendidikan