SuaraJogja.id - Atas invasi Rusia di Ukraina, menurut Pendiri dan Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal, Indonesia harus berani bersikap kritis terhadap Rusia.
“Prinsip bebas aktif sebetulnya berarti, walaupun dengan teman, kita harus tetap bisa jujur dan kritis jika ia melakukan sesuatu yang berbahaya bagi dunia internasional,” kata Dino dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Terlepas dari hubungan harmonis antara Indonesia dan Rusia, dia berpendapat, pemerintah Indonesia perlu bersikap jujur dan terbuka dalam berkomunikasi dengan Moskow.
“Kalau kita dengan Amerika Serikat, kita galak. Tetapi dengan Moskow, kita masih agak sungkan untuk galak. Jadi bebas aktifnya masih terbatas. Saya baru melihat bahwa ternyata bebas aktif kita masih pilih-pilih sedikit. Seharusnya konsisten. Dengan semua orang, kita harus berani galak kalau perlu, tetapi tetap bersahabat,” katanya.
Terkait konflik Rusia dan Ukraina, Dino mengapresiasi upaya deeskalasi yang telah ditunjukkan pemerintah Indonesia, termasuk mengundang secara lisan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menghadiri pertemuan G20 di Bali pada 15-16 November 2022.
Namun, Dino meyakini bahwa Indonesia sebetulnya bisa berbuat lebih untuk mengurangi ketegangan antara Rusia dan Ukraina dan mengerem eskalasi perang antara kedua negara.
“Fantasi saya ialah pada saat pulang dari Amerika Serikat (untuk KTT ASEAN-AS di Washington DC pada 12-13 Mei 2022), Presiden Jokowi seharusnya mampir di Kiev untuk ketemu Presiden Zelenskyy. Setelah itu mampir di Moskow untuk ketemu Presiden Putin. Presiden Jokowi pasti akan diterima. Ini fantasi saya. Masuk di Kiev dan cari celah untuk mengurangi gap antara Ukraina dan Rusia,” katanya.
Mantan wakil menteri luar negeri RI itu berharap Indonesia tidak berfokus pada bagaimana mencapai kepentingan dalam negeri semata melalui forum G20, tetapi sebagai pemimpin G20, Indonesia harus menunjukkan kontribusinya dalam menyelesaikan masalah-masalah global, termasuk invasi Rusia ke Ukraina.
“Kita memiliki tanggung jawab besar dan berat karena saat ini dunia sedang amburadul. Walaupun harus dilaksanakan, sebagai pemimpin G20, kita harus bisa melihat masalah secara global. Dalam arti, apa yang mengganggu ekonomi dunia dan bagaimana menyelesaikannya,” katanya. [ANTARA]
Baca Juga: Kritik Rusia, George Bush Keliru Sebut Ukraina Jadi Invasi di Irak
Berita Terkait
-
Kritik Rusia, George Bush Keliru Sebut Ukraina Jadi Invasi di Irak
-
Filmnya Diputar di Festival Film Cannes, Sutradara Rusia Kecam Perang di Ukraina
-
Pakai Simbol "Z" Saat Podium Medali, Pesenam Rusia Dilarang Tampil Selama Satu Tahun
-
Letakkan Senjata, Lebih dari 250 Tentara Ukraina Menyerah ke Rusia
-
Renault Out dari Rusia, Brand Moskvich Bakal Bangkit Lagi Bersama Perusahaan Truk Nasional
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Batik Malessa Mendapatkan Pendampingan dari BRI untuk Pembekalan Bisnis dan Siap Ekspor
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi