SuaraJogja.id - Kasus penularan Covid-19 yang kian menurun membuat berbagai pelonggaran aturan mulai diterapkan. Namun di satu sisi masyarakat juga tetap harus waspada terkait dengan potensi penularan virus yang masih ada.
Pakar Epidemiologi UGM, Riris Andono Ahmad bahkan menyatakan masih ada potensi mutasi virus Covid-19 di masa mendatang. Mengingat saat ini muncul gelombang besar penularan Covid-19 di Tiongkok dan Korea Utara.
"Ya makanya kalau penularan menjadi sangat tinggi ya resiko terjadinya mutasi semakin meningkat. Risiko adanya varian baru juga semakin meningkat," kata Riris saat dihubungi, Jumat (20/5/2022).
Mutasi virus itu yang kemudian berpotensi untuk memunculkan sebaran lagi di masa mendatang. Walaupun memang, kata Riris, mutasi virus sendiri dalam hal ini merupakan proses yang wajar.
Baca Juga: Sebentar Lagi Lengser, Wali Kota Jogja Berikan Pesan Ini pada Calon PJ
Ia menjelaskan mutasi virus merupakan sebuah kesalahan kode genetik. Proses itu terjadi ketika seseorang terinfeksi dan virus itu lantas tereplikasi atau menambah diri.
"Ketika bereplikasi dia sebenarnya mengcopy paste kode genetiknya, ke anak turunnya, kan bisa saja terjadi kesalahan saat copy paste. Nah semakin banyak, semakin tinggi replikasinya kemungkinan kesalahannya kan semakin tinggi juga," paparnya.
Disampaikan Riris dalam sejumlah kasus, semakin lama virus itu bermutasi maka tingkat bahaya virus itu akan berkurang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan gejala yang dialami saat seseorang terpapar virus tersebut.
"Tetapi kan proses mutasi sendiri itu terjadinya secara random. Jadi bisa saja kayak lotre gitu lah. Misalnya ada sebuah mutasi yang menyebabkan lebih cepat menular dan bahaya gejalanya," ungkapnya.
"Katakanlah misalnya kecepatan mutasi yang menyebabkan kecepatan penularan masih sama dengan Omicron tapi kemampuan untuk menembus imunitas itu lebih tinggi. Terus misal tingkat keparahannya juga lebih tinggi dari Omicron atau bahkan sampai Delta. Tapi itu semua terjadi secara acak atau random," sambungnya.
Riris menuturkan virus yang dapat bertahan itu adalah yang dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan saat ini. Dimana saat ini, sebagian besar orang sudah memiliki kekebalan atau imunitas terhadap virus-virus khususnya Covid-19 itu.
Namun berbagai potensi mutasi hingga penularan itu yang seharusnya masih harus diantisipasi oleh semua pihak. Terlebih lagi jika melihat paparan yang masih terjadi di secara global tadi.
"Jadi virus yang bisa akan menyebabkan gelombang baru itu adalah virus yang lebih tinggi tingkat penularannya dan yang mampu menembus kekebalan yang ada. Jadi kalau ada mutasi yang menyebabkan karakter seperti itu ya bisa ada lagi (gelombang baru)," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Bahaya Judi Online Mengancam, Pakar Hukum Tawarkan 4 Solusi Ampuh
-
Sebut WHO Rancang Pandemi Baru, Epidemiolog UI Tepis Ucapan Dharma Pongrekun: Itu Omong Kosong
-
Siapa Rauf Purnama, TKN Prabowo-Gibran yang Kini Jadi Komisaris Utama Antam
-
Belum Ada Pengganti, Irjen Dedi Prasetyo Rangkap Jabatan Irwasum dan Asisten SDM Polri
-
Pj Gubernur Jakarta Mutasi Ratusan Camat-Lurah, Ada Kepentingan Politik Pilkada?
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
-
1.266 Personel Diterjunkan, Polres Bontang Pastikan Keamanan di 277 TPS
-
Masa Tenang, Tim Gabungan Samarinda Fokus Bersihkan Alat Peraga Kampanye
Terkini
-
UMKM Dapat Pesanan Ekspor, Tapi Tak Sanggup Produksi? Ini Biang Keroknya
-
Dari Mucikari Hingga Penjual Bayi, 11 Tersangka TPPO di Yogyakarta Diringkus
-
1.410 Personel Gabungan Kawal Ketat Pilkada Sleman 2024, 16 TPS Rawan jadi Fokus
-
Isu Sosial di Gunungkidul: Banyak Warga Merantau, Anak Tertitip, Berakhir Adopsi
-
Lapor via WA, Bawaslu Sleman Ciduk 6 Terduga Pelaku Politik Uang di Minggir