Saat itu desas desus berkembang bahwa Berastagi bakal jadi persinggahan terakhir lantaran Soekarno akan dieksekusi di situ. Hingga kemudian Belanda terdesak dan menyingkir ke Parapat beserta membawa Soekarno.
Tinggal di pengasingan Parapat tak membuat Soekarno kehilangan akses dengan dunia luar. Warga setempat bernama Ludin berperan besar menyusupkan informasi dari Soekarno ke para pejuang di luar pengasingan.
Ludin merupakan pria yang sehari-hari melayani kebutuhan Soekarno selama di pengasingan Parapat. Selain untuk memenuhi perut sang Proklamator, Ludin juga turut membantu menyampaikan pesan Soekarno kepada kelompok gerilya.
Salah satu momen krusial yang pernah dilakoninya yakni saat menyampaikan operasi pembebasan Soekarno dari para pejuang lewat sebuah pesan yang disusupkan di batang sayur kangkung. Sayang operasi pembebasan Soekarno tersebut gagal lantaran aksi para gerilyawan akhirnya tercium tentara kolonial.
Baca Juga: Soekarno sampai Jokowi, Ini Deretan 4 Presiden RI yang Lahir di Bulan Juni
Lewat karyanya Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Cindy Adams sempat mencatat pernyataan Soekarno mengenai sosok Sarinah. Sarinah merupakan pembantu yang membesarkan Soekarno.
Nama Sarinah begitu melekat bagi Soekarno. Hal itu lantaran semenjak kecil ia yang mengajari Soekarno tentang mencintai rakyat.
"Sarinah mengajarku untuk mencintai rakyat. Massa rakyat, rakyat jelata," kata Soekarno kepada Cindy Adams.
Lebih jauh, Soekarno bercerita bahwa saat usia empat tahun, sesaat sebelum menyuapi sarapan, Sarinah turut menyisipkan pesan nilai.
"Karno pertama engkau harus mencintai ibumu. Kemudian kamu harus mencintai rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya," kata Soekarno.
Nama Mbah Wiryo bisa jadi tak banyak disinggung dalam peristiwa sejarah Soekarno. Namun sosoknya punya andil tak kalah penting dibanding Riwu Ga, Ludin hingga Sarinah.
Dalam buku resep masakan yang digagas Soekarno bertajuk Mustika Rasa, sejarawan JJ Rizal sempat menyebut namanya saat Istana Negara berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta.
Ketika Bung Karno berkantor di Yogyakarta selama masa revolusi, sosok Mbah Wiryo merupakan sosok sentral yang mencukupi segala kebutuhan perutnya.
Dikutip dari unggahan sejarawan Solo Heri Priyatmoko lewat akun Instagram @solosocieteit, Mbah Wiryo merupakan warga biasa yang lahir di Sleman tahun 1903.
Berita Terkait
Tag
Terpopuler
- Selamat Tinggal, Kabar Tak Sedap dari Elkan Baggott
- 1 Detik Jay Idzes Gabung Sassuolo Langsung Bikin Rekor Gila!
- Andre Rosiade Mau Bareskrim Periksa Shin Tae-yong Buntut Tuduhan Pratama Arhan Pemain Titipan
- Penantang Kawasaki KLX dari Suzuki Versi Jalanan, Fitur Canggih Harga Melongo
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Keluarga dengan Sensasi Alphard: Mulai Rp50 Juta, Bikin Naik Kelas
Pilihan
-
7 Mobil Bekas Murah Favorit Keluarga: Muat Banyak, Irit BBM dan Mudah Perawatan
-
Emas Antam Terbang Tinggi, Harganya Tembus Rp 1.901.000/Gram
-
Pemain Keturunan Rp 11,3 Miliar Jadi Filosofi Nomor Punggung 21 Jordi Amat, Siapa?
-
Perbedaan Usaha PSSI dan Menpora Mau Gelar Liga Putri Secepatnya
-
Kumpulan Nasib Buruk Elkan Baggott Tolak Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert
Terkini
-
Janjian Tawuran Subuh, Geng V vs M Bikin Geger Lowanu, 10 Ditangkap, Celurit-Pedang Jadi Bukti
-
Diplomat Muda Kemlu Tewas Terlilit Lakban: Kisah Heroiknya Selamatkan WNI di Zona Konflik Terungkap
-
BRI Salurkan BSU Rp1,72 Triliun untuk 2,8 Juta Pekerja Guna Dongkrak Daya Beli Masyarakat
-
Kematian Janggal Diplomat Muda Arya Daru: Keluarga Ungkap Sosoknya yang Bikin Kagum
-
Wapres Kagum saat PSM UAJY 'Ngamen' di Alun-Alun Selatan Jogja, Personel Dapat Dukungan Tak Terduga