SuaraJogja.id - Peneliti dari Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia (UI) Solahudin meminta pemerintah dan aparat penegak hukum untuk fokus memberantas sumber dana kelompok terorisme.
“Penegakan hukum memang harus mulai difokuskan kepada pendanaan. Kenapa terhadap pendanaan? Karena itulah bensinnya atau darahnya kelompok-kelompok itu,” ucap Solahudin kepada wartawan dalam konferensi pers Fenomena Ideologi Kontemporer di Indonesia di Hotel Aryaduta, Jakarta seperti dikutip dari Antara, Senin (20/6/2022).
Solahudin mengungkapkan bahwa meskipun kelompok-kelompok radikal mendapatkan berbagai tekanan dari publik, mereka masih bisa beroperasi karena mendapatkan dukungan logistik yang cukup melimpah.
Ironisnya, kata dia, dukungan logistik tersebut sebagian besar bersumber dari dana publik.
Baca Juga: Periksa Tersangka Kelompok Khilafatul Muslimin, Densus 88 Dalami Keterkaitan dengan Terorisme
“Indonesia merupakan salah satu negara paling dermawan. Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan kelompok-kelompok radikal untuk melakukan 'fundraising' (penggalangan dana), di mana sumber dananya dari publik,” ucapnya.
Keinginan untuk menyumbang acapkali mengakibatkan masyarakat menyumbang kepada kelompok teror tanpa mereka sadari, papar dia.
Oleh karena itu, ia berpandangan bahwa negara harus melindungi masyarakat agar tidak menyumbang kepada kelompok-kelompok teror.
“Suatu kelompok teror punya lembaga amal yang berhasil mengumpulkan dana dari 2014 sampai 2019 dengan besaran lebih dari Rp100 miliar. Saya kira ini jumlah yang tidak main-main,” ucapnya.
Dengan demikian, Solahudin menyarankan agar apa yang telah dilakukan Densus 88 dalam menyasar kasus-kasus pendanaan teror maupun pendanaan kelompok radikal lebih difokuskan dan lebih dikuatkan oleh pemerintah dan aparat penegak hukum lainnya.
Ia meminta pemerintah untuk melakukan kontranarasi terhadap radikalisme melalui pendidikan. Langkah ini bertujuan untuk membangun daya tahan atau imunitas masyarakat agar tidak mudah terpapar paham radikal.
“Di sini memang sinergi menjadi sangat dibutuhkan,” ucapnya.
Terkait dengan anak-anak yang sempat bersekolah di sekolah yang terafiliasi Khilafatul Muslimin, Solahudin mengungkapkan kesedihannya.
“Karena bagi saya, itu semacam radikalisasi di usia dini. Menurut saya, negara penting untuk hadir dan mencegah itu,” ucapnya.
Apalagi, kata dia, pada beberapa generasi ke depan, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Apabila kontranarasi tidak segera dilakukan dan pendidikan radikal tidak segera diberantas, maka ia khawatir Indonesia malah melahirkan generasi yang lebih radikal.
“Saya merekomendasikan agar fokus kepada dunia pendidikan. Bagaimana membangun budaya resilience masyarakat. Lalu, sekali lagi saya sampaikan, penegakan hukum lebih difokuskan terkait pendanaan,” kata Solahudin.
Berita Terkait
-
Disebut Sampai 14 Ribu Orang, Kepala BNPT Terus Lakukan Pendataan dan Investigasi Anggota Khilafatul Muslimin
-
Jenderal Andika Perkasa: Operasi Madago Raya Kesempatan Belajar Prajurit TNI Atasi Terorisme
-
Periksa Tersangka Kelompok Khilafatul Muslimin, Densus 88 Dalami Keterkaitan dengan Terorisme
-
Total 23 Anggota Khilafatul Muslimin Jadi Tersangka, Densus 88 Dalami Keterlibatan Terorisme
Terpopuler
- 5 Bedak Murah yang Mengandung SPF: Cocok Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- Coach Justin: Artinya Secara Kualitas Timnas Indonesia Gak Layak Lolos Piala Dunia 2026
- 5 Rekomendasi HP Murah Rp900 Ribuan Terbaik Mei 2025: Spek Ciamik dan Memori Lega!
- Serie A Boy: Joey Pelupessy Keceplosan Ungkap Klub Baru Jay Idzes?
- Rekomendasi 3 HP Murah Tampilan Mirip iPhone Boba: Spek Gahar, Harga Bersahabat!
Pilihan
-
Daftar Bahan Skincare yang Boleh Dicampur, Aman Maksimalkan Perawatan Kulit
-
5 Moisturizer Lokal Terbaik 2025, Anti Mahal Kualitas Setara Brand Internasional
-
5 Rekomendasi Serum Vitamin C Terbaik: Wajah Glowing, Samarkan Bekas Jerawat
-
Jay Idzes Sudah Beri Salam ke Fans Venezia: Terima Kasih Semuanya
-
3 Pengganti Paling Cocok untuk Sandy Walsh yang Cedera saat Bela Yokohama F. Marinos
Terkini
-
Balik Arah, Santri Korban Penganiayaan di Ponpes Ora Aji Dilaporkan Balik atas Dugaan Pencurian
-
Kasus Dugaan Penganiayaan Santri Mencuat di Ponpes Ora Aji, Gus Miftah Minta Maaf
-
Angkat Bicara, Yayasan Ponpes Ora Aji Bantah Ada Penganiayaan, Begini Kronologi Peristiwanya
-
Kasus BMW Tabrak Argo: Polisi Periksa Tiga Orang yang Terlibat untuk Ganti Plat Nomor
-
Dalang Penggantian Plat Nomor BMW Terungkap! Siapa Saja yang Terlibat?