SuaraJogja.id - Topan Chaba melanda China daratan, Makau dan Hong Kong pada Sabtu.
Topan tersebut menimbulkan angin kencang dan hujan deras di pantai selatan China.
Pusat Meteorologi Nasional China memperingatkan rekor curah hujan dan risiko tinggi bencana di beberapa provinsi, termasuk Guangdong yang berpenduduk paling banyak di negara itu.
Chaba, yang berarti kembang sepatu dalam bahasa Thailand, terus bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan 15-20 km per jam setelah pusat badainya mendarat di kota Maoming, Guangdong pada Sabtu sore.
Baca Juga: 7 Drama China Diadaptasi dari Novel Jiu Lu Fei Xiang, Ada The Blue Whisper
Meski intensitasnya sedang dan kekuatannya diperkirakan makin menurun, Chaba kemungkinan akan menimbulkan hujan ekstrem dan memecah rekor curah hujan secara kumulatif.
Hal itu dapat terjadi karena topan tersebut menarik sabuk hujan monsun di daratan kawasan tersebut, kata Gao Shuanzhu, kepala peramal cuaca di pusat meteorologi China.
"Uap air monsun yang berlimpah akan mendorong hujan lebat dan curah hujan tinggi secara kumulatif yang bersifat ekstrem," kata Gao.
Dia memperkirakan curah hujan dapat mencapai 600 mm di sejumlah daerah.
Daerah-daerah berisiko mencakup bagian barat Guangdong, bagian timur wilayah otonomi Guangxi dan Hainan, dengan badai hujan yang menyebabkan longsor, genangan air di perkotaan dan banjir, kata Gao.
Baca Juga: Drama China Youth: Remake dari Drama Korea Age of Youth
Hainan memperbarui status tanggap darurat menjadi Level II, tertinggi kedua, pada Sabtu.
Provinsi pulau itu menangguhkan layanan kereta api dan membatalkan lebih dari 400 penerbangan ke dan dari kota Haikou dan Sanya.
Di Makau, seorang warga terluka akibat angin dan hujan ketika Chaba mendekat, menurut televisi pemerintah.
Di perairan lepas pantai Hong Kong, sekitar 270 km arah timur laut dari Maoming, lebih dari 24 kru hilang setelah sebuah kapal teknik berawak 30 orang terbelah dua terhantam topan Chaba, kata pihak berwenang.
Dalam beberapa pekan terakhir, curah hujan ekstrem dan banjir di China selatan telah merusak properti, melumpuhkan lalu lintas dan mengganggu aktivitas jutaan orang di wilayah-wilayah terpadat dan pusat bisnis di negara itu.
Cuaca ekstrem, termasuk banjir besar, di China diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus, menurut prediksi peramal cuaca, sebagian disebabkan oleh perubahan iklim.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pemain Keturunan Berbandrol Rp208 M Kirim Kode Keras Ingin Bela Timnas Indonesia
- 6 Rekomendasi City Car Bekas Mulai Rp29 Jutaan: Murah dan Irit Bensin
- Pemain Keturunan Rp 312,87 Miliar Juara EFL Masuk Radar Tambahan Timnas Indonesia untuk Ronde 4
- 9 Rekomendasi HP Murah Rp 1,5 Jutaan di Juni 2025, Duet RAM 8 GB dan Memori 256 GB
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Kapasitas 8 Orang, Kursi Nyaman untuk Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Rudiantara Sentil OJK Soal Aturan 'Saklek' Pinjol: Jangan Terlalu Kencang, Nanti Mati!
-
PSSI Sebut Persija Tak Penuhi 'Syarat' Ikut Piala Presiden 2025: Kita Tak Pilih-pilih
-
Perbandingan Spesifikasi iQOO Z10 vs Infinix GT 30 Pro, Duel HP Gaming 4 Jutaan
-
8 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan dengan NFC Terbaru Juni 2025
-
Here We Go! Ole Romeny Cs Main di Piala Presiden 2025: Ini Jadwalnya
Terkini
-
Masa Depan Transportasi Pelajar Bantul: 3 Bus Sekolah Baru Segera Hadir, Apa Dampaknya?
-
Gaya Hidup Bikin Boncos? Ini Jurus Ampuh Mahasiswa Bebas dari Pinjol & Raih Ketahanan Finansial
-
Sambut Mandiri Jogja Marathon (MJM) 2025, Bank Mandiri Tebar Cashback hingga Diskon Belanja
-
Covid-19 Mengintai Lagi? Bandara YIA Siaga Penuh, Ini Langkahnya
-
Kasus Covid-19 Muncul Lagi di Jogja, Dinkes Pastikan Situasi Terkendali