SuaraJogja.id - Beberapa hari belakangan, heboh diberitakan sebuah media nasional mengenai dugaan penyelewengan dana umat oleh lembaga pengelola bernama Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Bahkan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan juga telah membekukan beberapa rekening yang terkait dengan lembaga filantropi tersebut. Jumlah rekening yang dibekukan juga terus bertambah.
Polemik mengenai hal tersebut juga ramai jadi perbincangan warganet di media sosial.
Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM Hempri Suyatna mengatakan, dugaan tindak penyelewengan yang terjadi itu dalam perspektif sosial merupakan bentuk modifikasi kapitalisasi kemiskinan, menjual kemiskinan.
Baca Juga: Mesk Ganja Medis Bermanfaat, Ahli Farmasi UGM Minta Jangan Dikeluarkan dari Narkotika Golongan I
Pelakunya dalam organisasi itu menggelorakan berjuang dengan kaum miskin, ternyata digunakan untuk menguntungkan diri sendiri. Padahal persoalan kemiskinan dan masalah sosial justru kemudian menjadi tidak bisa cepat diselesaikan.
"Justru dimodifikasi dan menjadi komoditas untuk mendapatkan keuntungan," terangnya, Jumat (8/7/2022).
"Masyarakat mudah berderma, berzakat. Hemat saya, harus lebih hati-hati. Kemudian, lihat rekam jejak kelembagaan yang ada," saran Hempri.
Sehingga, zakat yang disalurkan oleh masyarakat lewat lembaga tersebut tepat sasaran dan pemerintah harus memberikan kontrol pengawasan lebih kuat ketat pada lembaga sosial. Dengan demikian, kapitalisasi kemiskinan bisa diminimalisasi.
Selain melihat rekam jejak masing-masing lembaga, masyarakat juga bisa mempercayakan sedekah mereka kepada organisasi yang lebih besar seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan organisasi lain yang ada di tingkat masyarakat. Kalau dari level kecil, misalnya melalui takmir masjid.
Baca Juga: Jangan Legalisasi Ganja Walau untuk Medis, Ini Kata Guru Besar Farmasi UGM
"Mungkin dari lingkungan diri sendiri dahulu, dorong perkuat masjid dan gereja. Dana umat untuk sedekah mengurangi kemiskinan sepertinya lebih efektif, daripada [yang sasaran sedekahnya] jauh-jauh," terangnya.
Menurut dia, saat ini kontrol pemerintah terhadap lembaga pengelola dana umat masih sangat minim. Bahkan, bisa dikatakan nyaris tidak ada kontrol. Yayasan atau lembaga harus diaudit, diberi pembinaan dan dicermati. Kalaupun layanan derma dilakukan lewat sebuah platform, ada kontrol menyangkut kredibilitasnya.
"Praktik di tingkat bawah, banyak bentuk modifikasi kapitalisme kemiskinan. Saya seringkali dapat pesan WhatsApp atas nama lembaga zakat tertentu, disalurkan ke anak yatim. Kadang enggak jelas," ungkapnya.
Pembekuan sementara ratusan rekening yang dimiliki lembaga pengelola ACT, menurut Hempri, menurut Hempri sebuah langkah yang pas. Bila akan membuka kembali rekening tersebut, terlebih dahulu akar persoalan yang sebenarnya harus dicari, ditertibkan. Kendati bisa jadi kepercayaan rakyat terhadap lembaga tersebut akan berkurang.
"Jadi pembekuan bukan hanya sekadar beku, tapi pemerintah harus meluruskan apa yang terjadi sebenarnya," ucapnya.
Ditanyai soal pengelola lembaga yang mengambil 13,5% dari dana yang disetorkan untuk koordinasi internal dan administrasi, menurut Hempri, jumlah itu muncul karena selama ini tidak ada ukuran standardidasinya.
"Pemerintah buat standardisasi terlebih dahulu, terkait yayasan maksimalnya ambil berapa dari dana umat untuk administrasi?," lanjut dia.
Kontributor : Uli Febriarni
Berita Terkait
-
Jejak Kolonialisme dalam Tindakan Penjarahan: Jajah Bangsa Sendiri?
-
Rapat Bersama Menteri Pembangunan Keluarga, Mensos Targetkan Kemiskinan Ekstrem Turun 0%
-
Pilpres AS Tinggal Menghitung Jam, Pengamat Sebut Donald Trump Punya Peluang Untuk Menang
-
4 Juta Anak RI Masih Berjuang untuk Sekolah, 25 Juta Lainnya Bertahan Hidup di Bawah Garis Kemiskinan
-
Pengamat Politik Baca Sinyal Restu Jokowi untuk Luthfi-Yasin di Pilgub Jateng
Tag
Terpopuler
- Sritex Resmi PHK Ribuan Karyawannya, BNI jadi Satu-satunya Bank BUMN yang 'Nyangkut' Rp374 Miliar
- Siapa Intan Srinita? TikToker yang Sebut Roy Suryo Dalang di Balik Fufufafa Diduga Pegawai TV
- Pendidikan Intan Srinita, Ketahuan Bersih-bersih usai Sebut Roy Suryo Pemilik Akun Fufufafa?
- Tanggapi Kisruh Andre Taulany Parodikan Gelar Raffi Ahmad, Feni Rose: Lagian Kantor yang Kasih di Ruko
- Dilaporkan Aliansi Bugis, Denny Sumargo bikin Permintaan Maaf Terbuka
Pilihan
-
Harga Emas Antam Lagi-lagi Jatuh Terjungkal Hari Ini
-
Prediksi Timnas Indonesia vs Jepang: Hanya Misi Sulit, Tapi Bukan Mustahil Garuda!
-
KUR Tak Termasuk Hapus Buku Kredit Macet, Ini Penjelasannya
-
Menakar Persentase Kemenangan Timnas Indonesia vs Jepang, Bukan Mustahil?
-
Siapa Rauf Purnama, TKN Prabowo-Gibran yang Kini Jadi Komisaris Utama Antam
Terkini
-
Gondongan Merebak di Gunungkidul, Dinkes Imbau Warga Tingkatkan Kewaspadaan
-
UGM Berkabung, Mantan Rektor sekaligus Ketua Dewan Pers Periode 2003-2010 Ichlasul Amal Wafat
-
Danang Maharsa Bongkar Borok Perizinan Miras di Sleman hingga Strategi Tingkatkan PAD di Sektor Wisata
-
Apes, Gara-gara Anjing, 2 Motor dan 2 Mobil Tabrakan Beruntun di Bantul
-
Abdul Mu'ti Jadi Mendikdasmen, Muhammadiyah Pertimbangkan Plt Sekum?