Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Kamis, 28 Juli 2022 | 11:48 WIB
Satu sepeda motor yang rusak akibat gesekan suporter dan warga di Jalan Gejayan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Senin (25/7/2022). [Hiskia Andika Weadcaksana / Suarajogja.id]

SuaraJogja.id - Rusuh antarsuporter mengegerkan tiga kawasan di Jogja, Kamis (25/7/2022) kemarin: Gejayan, Jombor, dan Tugu Jogja.

Kejadian tersebut ditanggapi oleh Psikolog UGM, Prof Drs Koentjoro, MBSc, PhD, Psikolog. Ia mengatakan, tindakan anarkis maupun vandalisme yang dilakukan oleh suporter sepak bola terjadi karena dipengaruhi oleh jiwa massa.

“Anarkisme yang terjadi pada suporter bola ini karena jiwa massa,” jelasnya Selasa (26/7), dilansir rilis UGM.

Koentjoro menyampaikan bahwa seseorang atau individu akan bersikap berbeda saat berada di tengah massa atau gerombolan. Ketika berada di tengah massa akan mendorong munculnya perilaku atau tindakan yang tidak akan dilakukan saat sedang sendiri.

Baca Juga: Viral Rombongan Diduga Suporter Bola Serbu Stasiun KRL dan Loncati Mesin Tap Tiket, Satpam sampai Cuma Terdiam

“Jiwa massa ini timbul ketika berada di antara massa dan memunculkan perilaku aneh yang saat dia sendirian tidak akan berani melakukan hal-hal itu. Apalagi ditambah dengan mengenakan pakaian atau atribut yang kemudian menggambarkan itu adalah satu bagian,” jelasnya.

Saat bersama dengan massa, terlebih ditambah dengan adanya atribut yang menggambarkan seseorang itu menjadi bagian dari kelompok massa tersebut dikatakan Koentjoro menjadikan seseorang berani melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan saat sendiri. Tak hanya pada suporter bola, hal itu juga terjadi pada kerumunan massa lainnya seperti kampanye maupun demo.

“Misalnya saja di tengah demo atau kampanye ada pemimpin yang meneriakkan kata-kata dan melakukan gerakan tertentu secara tidak sengaja atau tak disadari akan tertular. Orang seringkali kehilangan kesadaran saat sudah berkumpul karena terhipnotis lingkungan,” paparnya.

Guna mencegah kericuhan massa, Koentjoro menyebutkan pentingnya upaya pengendalian masa. Pengengendalian massa bisa dilakukan memecah massa dalam kelompok-kelompok lebih kecil agar jiwa massa tidak terlalu solid.

“Penting memecah massa agar massa tidak terkonsentrasi menjadi satu,” imbuhnya.

Baca Juga: Lima Orang Ditetapkan sebagai Tersangka atas Ricuh Suporter, Kemesraan Cita Citata dan Didi Mahardika Tuai Hujatan

Ia mengatakan aparat keamanan dapat membuat pengaturan waktu kepulangan suporter dalam beberapa kloter. Selain mengatur rute untuk memecah kerumunan.

“Kalau jiwa sudah dikendalikan massa itu kan susah apalagi kalau ada penyusup dengan tujuan tertentu seperti adu domba atau pun buat konten biar virak. Ini kan mengerikan jadi untuk mencegah kericuhan perlu memecah konsetrasi massa baik lewat pengaturan waktu ataupun rute,” pungkasnya.

Load More