SuaraJogja.id - Gubernur DIY, Sri Sultan HB X kembali menegaskan larangan pengoperasian skuter listrik di kawasan Sumbu Filosofi. Larangan diberlakukan meski pengelola skuter listrik melakukan aksi unjuk rasa ke Kantor Gubernur maupun ke DPRD DIY.
Apalagi alasan pengelola skuter menolak larangan penyewaan skuter litrik karena mempengaruhi penghasilan mereka. Alasan tersebut dinilai tidak logis.
"[Kalau alasan] masalah dapur(ekonomi-red), itu kan masalah kuno, dia [pengelola] sebelum [menyewakan skuter] listrik juga makan kok. Kalau tidak [makan] kan sudah meninggal dari dulu-dulu, berarti kan makan," ungkap Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Jumat (29/07/2022).
Menurut Sultan, sebelum menyewakan skuter listrik, pengelola sudah memiliki penghasilan. Apalagi skuter listrik yang disewakan harganya juga cukup mahal.
Baca Juga: Doa Tahun Baru Islam Keraton Yogyakarta
Karenanya pengelola skuter listrik harus mentaati aturan yang berlaku. Tidak hanya Permenhub 45/2020 tentang Kendaraan Tertentu Dengan Menggunakan Penggerak Motor Listrik. Namun juga Surat Edaran (SE) Gubernur DIY nomor 551/461 yang berisi larangan kendaraan tertentu dengan penggerak listrik beroperasi di kawasan sumbu filosofi, yaitu dari Jalan Margo Utomo, Malioboro hingga Margo Mulyo.
"Negara ini punya aturan, bukan dia [pengelola skuter listrik] yang punya republik, jadi mestinya mengerti. Janganlah kita bicara sepertinya [indonesia] tidak ada aturan bernegara, berbangsa. Biarpun nggak boleh [beroperasi] tetap [menyewakan skuter listrik karena] masalah dapur. [Itu hanya alasan mereka] karena mereka punya skuter listrik aja [jadi menolak dilarang beroperasi]," tandasnya.
Sultan menambahkan, dirinya tidak melarang pengelola skuter listrik melakukan unjuk rasa karena keberatan akan aturan larangan. Namun alasan ekonomi dinilai sudah kuno.
Sultan pun hanya melarang skuter listrik beroperasi di kawasan Sumbu Filosofi. Mereka bisa saja beroperasi di kawasan lain seperti pariwisata. Karenanya Sultan meminta kabupaten/kota mengatur kebijakan terkait skuter listrik.
"Itu kan wewenang kabupaten, makanya kita hanya buat SE (surat edaran-red) untuk dibuat di kabupaten karena wewenang ada disana," ujarnya.
Baca Juga: Resepsi Pernikahan Putri Anies, Kedua Mempelai Kenakan Kebaya dan Kain Batik Sido Asih Yogyakarta
Sebelumnya puluhan pengelola skuter listrik melakukan aksi unjuk rasa di Kantor Gubernur DIY pada Kamis (28/07/2022). Mereka pun melakukan audensi ke DPRD DIY pada Jumat (29/07/2022).
Berita Terkait
-
Perjalanan Habbie, UMKM yang Berkembang dengan Dukungan BRI Hingga Pecahkan MURI!
-
Warung Bu Sum: Legenda Kuliner Jogja Bertahan Berkat Resep Rahasia & Dukungan BRI
-
BNI Indonesias Horse Racing Triple Crown & Pertiwi Cup 2025 Garapan SARGA.CO Siap Pentas di Yogya
-
7 Pengobatan Alami untuk Nyeri Haid yang Terbukti Ampuh dari Rempah Indonesia
-
Cari Vila dengan Private Pool di Yogyakarta? Ini 7 Rekomendasi Terbaik
Terpopuler
- Marselino Ferdinan Dicoret Patrick Kluivert! Ini 3 Calon Penggantinya di Timnas Indonesia
- 17 HP Xiaomi Ini Tidak Didukung HyperOS 2.1, Ada Perangkatmu?
- Sebut Pegawai Luhut Sosok Asli di Foto Ijazah UGM, Roy Suryo: Saya Pastikan 99,9 Persen Bukan Jokowi
- 8 Kode Redeem FF Hari Ini 14 April 2025 Masih Aktif Siap Dipakai, Klaim Sekarang!
- Ini Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan 2025, Warga Jateng Siap-siap Bebas Denda!
Pilihan
-
Baru Masuk Indonesia, Xpeng Diramalkan Segera Gulung Tikar
-
Profil Helmy Yahya yang Ditunjuk Dedi Mulyadi jadi Komisaris Independen Bank BJB
-
Aspirasi Tersampaikan, Ini Momen Aksi TPUA di Rumah Jokowi Dikawal Humanis Polresta Solo
-
Dedi Mulyadi Tunjuk Bossman Mardigu dan Helmy Yahya jadi Komisaris Bank BJB
-
Jokowi Akhirnya Tunjukkan Ijazah Asli dari SD sampai Lulus UGM
Terkini
-
Empat Kali Lurah di Sleman Tersandung Kasus Tanah Kas Desa, Pengawasan Makin Diperketat
-
Guru Besar UGM: Hapus Kuota Impor AS? Petani Lokal Bisa Mati Kutu
-
Pengukuran 14 Rumah di Lempuyangan Batal, Warga Pasang Badan
-
Dari Tenun Tradisional ke Omzet Ratusan Juta: Berikut Kisah Inspiratif Perempuan Tapanuli Utara
-
ABA Dibongkar, Pemkot Jogja Manfaatkan Lahan Tidur untuk Relokasi Pedagang ke Batikan