Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 15 Agustus 2022 | 17:51 WIB
Dina Setiyawati dan Miftah Rizaq, di ruang tamu sekaligus ruang pamer Upajiwa Gallery, kala disambangi SuaraJogja.id, Senin (15/8/2022). (kontributor/uli febriarni)

Menu yang disajikan untuk tamu makan gratis, sama dengan apa yang dimakan Miftah, Dina dan timnya. Tak ada menu yang harus ayam atau menu tertentu. Mood, ketersediaan bahan masak di rumah, di warung, bahkan keinginan yang muncul secara impulsif adalah penentu keputusan menu apa yang akan dimasak di hari itu.

Menolak donasi juga diamini oleh Miftah. Menurut dia, rasa tanggungjawab atas donasi dari orang luar menjadi tekanan tersendiri bagi mereka. Walau tak dipungkiri, ia menerima dengan baik, seandainya ada yang ingin membantu masak bersama dan membawa sedikit bahan.

"Misalnya mau bantu beras, enggak perlu sampai bawa sekarung juga," ucapnya.

"Daripada jauh-jauh [donasi] ke sini, sebelah rumahmu saja, pasti ada yang butuh. Yakin deh, kecuali kamu tinggal di perumahan elit. Kalau cuman di kampung, pasti ada terdekatmu yang membutuhkan, utamakan mereka, yang terdekat," jelasnya, lebih jauh.

Baca Juga: Tandang ke PSS Sleman, Pelatih Persib Bandung Wanti-wanti Tekanan Suporter Tuan Rumah

Berbagi Adalah Seni Hidup

Menyuguh menu makan gratis bagi orang yang lapar, sejatinya salah satu impian Miftah.

Dari dulu ia ingin punya galeri, studio lukis pribadi dan sanggar lukis.

"Dan ingin punya angkringan gratis untuk orang. Entah orang lewat atau siapa yang datang, silakan makan, gratis. Lalu pelan-pelan diwujudkan dari sini (makan bareng gratis di rumah)," kata dia.

"Kalau ditanya sampai kapan saya berbagi, ya sampai sudah tidak bisa lagi, saya meninggal. Tidak ada dan sama sekali tidak menemukan alasan untuk berhenti," lanjutnya.

Baca Juga: Pelaku Desa Wisata di Sleman Ingin One Hotel One Village Digencarkan

Rasa syukur dapat mewujudkan impian ini semakin bertambah dengan adanya Dina yang menurut dia, mampu mengerti betul kondisi Miftah.

Load More