SuaraJogja.id - Setelah dua tahun harus digelar secara daring akibat pandemi COVID-19, Yogyakarta Gamelan Festival ke-27 (#YGF27) akhirnya kembali digelar secara luring tahun ini. Berbeda dari sebelumnya, festival kali ini diselenggarakan di Pendopo Agung Ndalem Mangkubumen Yogyakarta, Jumat (19/08/2022) hingga tiga hari kedepan.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dari Panti Asuhan Bina Siwi Pajangan Bantul pun menjadi penampila perdana dalam festival berskala internasional tersebut. Sepuluh anak tampil antusias saat membawakan komposisi karya berjudul "Kurang Luwih" karya Didik K.
"Mereka [abk] antusias belajar gamelan," ujar Didik yang merupakan pengasuh panti asuhan Bina Siwi Pajangan Bantul.
Menurut Didik, dia tidak mengalami kesulitan dalam mengajarkan gamelan kepada anak asuhnya. Meski mereka memiliki keterbatasan fisik, pembiasaan latihan menjadikan anak-anak asuhnya terampil.
Baca Juga: Jam Istirahat Sekolah, Seorang Siswa SMPN 52 Jakarta Jatuh dari Lantai 3
Buktinya mereka bisa tampil dengan baik dalam festival kali ini. Hal itu menjadi bukti gamelan memberikan sarana kepada siapa pun untuk menjadi siapa pun, termasuk ABK.
"Untuk mempelajari gamelan, anak-anak asuh kami menonton YouTube dari dalang legendaris Ki Seno. Kemudian kami latih sebuah komposisi dengan ketelatenan sehingga anak-anak terbiasa memukul gamelan," jelasnya.
Selain ABK, Paguyuban karawitan Dharmasanti Tjakrawasita juga tampil dalam festival gamelan kali ini. Para anggota Lembaga sosial dan kultural kemasyarakatan yang berdiri di Yogyakarta sejak 1 Juli 2012 menampilkan sembilan komposisi karya.
Dipimpin Ki Tommy Hartanto, lembaga ini memiliki misi menciptakan iklim budaya guyub rukun untuk kemanusiaan, pendidikan, dan kesehatan. Paguyuban ini menghadirkan sajian musik karawitan dari para anggotanya yang dilatih Ki Suratim.
Kelompok musik Untu juga ikut unjuk gigi dalam perhelatan ini. Untu dikenal dengan karyanya yang menggabungkan musik metal dengan gamelan Jawa seperti lagu berjudul Rats of Oran diadaptasi dari buku karya Camus bertajuk The Plague.
Baca Juga: Menengok Meriahnya Gamelan Kolosal di Simpang Lima Semarang, Ribuan Orang Njaran Bareng Seniman Desa
Sementara Program Director YGF, Ishari Sahida atau Ari Wulu mengungkapkan, beberapa hal yang berubah dalam pandangan Komunitas Gayam16 sebagai penyelenggara YGF. Sebelum pandemi, dia percaya pertemuan langsung itu mutlak.
Berita Terkait
-
Pentingnya Makan Bergizi untuk Anak Berkebutuhan Khusus: Upaya Mewujudkan Inklusi di Sekolah
-
MBG ke SLB Belum Merata, Bahagianya Anak-anak Berkebutuhan Khusus Saat Bisa Merasakan Makanan Sehat Bernutrisi
-
Mengatasi Tantangan dalam Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
-
Empat Remaja Jadi Tersangka Kasus Pencabulan Terhadap Pria Berkebutuhan Khusus di Rajasthan
-
Makan Bergizi Gratis Belum Inklusif, ABK Butuh Perhatian Khusus
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Kabar Duka, Hotma Sitompul Meninggal Dunia
- HP Murah Oppo A5i Lolos Sertifikasi di Indonesia, Ini Bocoran Fiturnya
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
-
BREAKING NEWS! Indonesia Tuan Rumah Piala AFF U-23 2025
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
Terkini
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan
-
Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin
-
PNS Sleman Disekap, Foto Terikat Dikirim ke Anak: Pelaku Minta Tebusan Puluhan Juta