SuaraJogja.id - Membaca manuskrip kuno sudah sangat jarang dilakukan oleh generasi saat ini. Bahkan Hingga kini belum banyak orang yang melakukan penelitian tentang naskah kuno tersebut di berbagai daerah.
Padahal jika digali lebih dalam ada banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari sana. Hal itu diungkapkan oleh Dosen Sastra Jawa UGM, Arsanti Wulandari dalam program wicara diskusi publik Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) dengan tajuk 'Wacana Lingkungan dalam Manuskrip Jawa'.
Arsanti menuturkan bahwa manuskrip itu merupakan sebuah dokumentasi. Apa yang para peneliti baca dari naskah kuno itu adalah sebuah infomasi masa lalu yang memungkinkan masih bisa dikembangkan.
"Jadi naskah atau manuskrip itu adalah data dokumentasi masa lalu yang mungkin masih bisa dikembangkan untuk saat ini. Apapun itu," ujar Arsanti di Teaching Industry Learning Center (TILC-UGM), Rabu (21/9/2022).
Ia mengambil contoh Serat Centhini yang disebut sebagai sebuah ensiklopedi. Sebab di sana berisi dari orang lahir hingga meninggal dunia.
Ada berbagai tata caranya di sana yang didapat dimaknai bukan hanya sebagai bacaan biasa. Melainkan sebagai sebuah tinggalan pusaka yang bisa dipelajari.
"Kemudian sekarang misalkan kita temukan [serat] piwulang estri, piwulang putri itu semua ajaran yang ingin disampaikan oleh pendahulu/leluhur kepada kita yang mungkin melalui skriptorium atau tempat-tempat tertentu misalkan keraton, pakualaman dan lainnya," ungkapnya.
Tetapi, kata Arsanti, itu sekarang menjadi sesuatu yang terbuka. Terlebih banyak orang yang membaca dan menyebarkan kepada yang lain.
Para peneliti sempat menduga bahwa manuskrip itu merupakan sebuah pelaporan atau reportase masa lalu. Walaupun memang orang dulu tidak mengenal laporan atau report ataupun mencatat dalam suatu artikel tertentu tapi mereka menulis.
Baca Juga: Melihat Dua Manuskrip Kuno GPiB Immanuel Kota Malang, Beberapa Kali Diminta Pemerintah dan Ditolak
"Dan yang semua harus tahu bahwa menulis itu dilakukan biasanya kalau di lingkungan istana itu dilakukan oleh carik, sekretaris. Kemudian itu didawuhi [diperintah] oleh raja. Ketika didawuhi atau diperintah ini bukan berarti, sebenarnya carik itu ada suatu ungkapan bahwa 'saya itu tidak mampu'. Tetapi karena didawuhi oleh raja, maka dia mantap [menulis]," katanya.
Hal itu kemudian dianggap anugerah sebab diperintah langsung oleh raja. Carik merasa mendapat power atau semacam kekuatan untuk menulis sesuatu.
Sehingga ia dapat menuliskan itu dengan nyaman akibat dari anugerah tadi. Hal itu dianggap suatu kepercayaan dan rasa itu yakin untuk menulis itu kemudian menjadi sugesti.
"Dan itu lah manusia Jawa yang penuh dengan simbol, dan selalu hormat dengan siapa yang dikatakan sebagai patron itu. Ilmunya sangat banyak, piwulang sangat banyak. Ada banyak ilmu yang belum kita ungkap," tandasnya.
Lalu kaitannya dengan lingkungan khususnya air dan tanah, Penggiat Komunitas Sraddha, Rendra Agusta menambahkan memang hal itu tidak ditemui secara spesifik di dalam naskah kuno. Namun soal air sendiri bisa dilihat dalam manuskrip tahun 1870-an saat tren naskah lawatan atau perjalanan.
"Itu perjalanan raja, perjalanan tokoh. Nah itu akhirnya nanti akan mengunjungi beberapa tempat, salah satu bentuknya mata air," ungkap Rendra.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott Kembali Disambut Rizky Ridho Hingga Yakob Sayuri
- Pemain Keturunan Rp260,7 Miliar Bawa Kabar Baik Setelah Mauro Zijlstra Proses Naturalisasi
- 4 Pilihan Alas Bedak Wardah yang Bikin Glowing dan Tahan Lama, Murah tapi Berkualitas!
- 4 Rekomendasi Sepatu Running Adidas Rp500 Ribuan, Favorit Pelari Pemula
- 6 Rekomendasi Lipstik yang Tahan Lama Terbaik, Harga Terjangkau Mulai Rp30 Ribuan
Pilihan
-
Hantam Joao Pedro di Final Piala Dunia Antarklub, Luis Enrique: Saya Bodoh
-
7 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan RAM 8 GB Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
5 Rekomendasi HP Murah Xiaomi RAM 8 GB Memori 256 GB, Pilihan Terbaik 2025
-
Bertemu Rocky Gerung, Kapolri Singgung Pepatah Tentang Teman dan Musuh
-
3 Rekomendasi HP Murah Samsung RAM Besar 8 GB Memori 256 GB, Harga Cuma Rp 2 Jutaan
Terkini
-
Yogyakarta Gencarkan Perang Lawan Stunting: Tim Pendamping Dikerahkan, Calon Pengantin Jadi Target Utama
-
Kasus Leptospirosis Mengintai Jogja, Pemilik Hewan Peliharaan hingga Pemancing Diharap Waspada
-
Dari Jogja ke Puncak BMI, Farkhan Evendi Kembali Terpilih secara Aklamasi Bangun Politik Ala Pemuda
-
Sukses Pasok Program MBG, Supplier Ikan Ini Tumbuh Berkat Kredit dari BRI
-
SD Negeri Sepi Peminat: Disdik Sleman Ungkap Penyebab dan Solusi Atasinya