SuaraJogja.id - Dosen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, JSE Yuwono menyatakan ada empat hal penting dalam mengelola dan merawat air di Yogyakarta. Selain dari segi lingkungan, kebijakan yang dibuat pun perlu diperhatikan dampaknya di masa mendatang.
Hal itu disampaikan Yuwono dalam acara Performance Lecture Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) di Teaching Industry Learning Center (TILC-UGM), Rabu (21/9/2022). Acara yang bertema 'Menggali Pengalaman Kearian Wilayah Progo-Opak di Yogyakarta' menyebut ada pengalaman berbeda soal keairan dari waktu ke waktu.
"Dari bentangan [wilayah] Yogyakarta ada pengalaman yang berbeda-beda tentang sejarah keairan. Bagaimana manusia memanfaatkan air, ini ada perbedaan yang cukup signifikan," kata Yuwono, Rabu.
Ia menjelaskan wilayah Yogyakarta sendiri dalam istilah kebumiannya disebut sebagai wilayah graben yaitu sebuah blog yang diapit oleh dua blog alami (relict landscapes) yang lebih tinggi kanan kirinya.
Sistem Akuifer Merapi terbentuk di bagian tengah menyimpan dan mengalirkan air lewat topografi permukaan dan endapan permeable bawah permukaan. Dari sana pengalaman peradaban terbentuk pengalaman keairan dari masa ke masa dengan segala suka-dukanya.
"Experiencing water [pengalaman keairan] menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan rangkaian hubungan antara air sebagai entitas alam dan sosial, serta infrastruktur keairan yang terus-menerus tertransformasi," terangnya.
Guan menjaga itu semua, kata Yuwono ada empat hal yang dinilai penting untuk dilakukan. Pertama adalah dengan merawat alam.
"Di sini jelas contohnya seperti menjaga fungsi tangkapan hujan, merawat atau menghidupkan ekosistem tubuh perairan yang ada, menjaga fungsi resapan, memperbaiki siklus hidrologi. Itu perawatan dari segi yang sifatnya lingkungan," tuturnya.
Kemudian, kedua yakni melakukan perawatan dari segi infrastruktur. Bisa dilakukan dengan berbagai hal misalnya penguatan tanggul, memperbesar volume dan lain-lain.
Baca Juga: Yogyakarta Tanah Diaspora Jadi Tema Besar Peristiwa Sastra dalam FKY 2022
Lalu ketiga, hal yang penting dilakukan adalah merawat dari sisi kearifan lokal. Saat ini sudah ada beberapa komunitas yang dibuat dengan basis kearifan lokal.
Perawatan ini bisa mengacu kepada Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Terutama dengan membawa semangat baru dalam upaya pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan nasional.
Keempat adalah kebijakan yang kemudian ditetapkan oleh pemerintah. Menurutnya saat ini sudah ada banyak sumber sejarah, data arkeologi hingga bukti perkembangan infrastruktur terkait perairan itu sendiri yang bisa digunakan sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan.
"Pengetahuan itu [merawat perairan] adalah dari kita sejak dulu dan dengan adanya sarana yang dibuat oleh Belanda itu membantu yang melestarikan sampai sekarang," ujarnya.
Ditambahkan Yuwono, gerakan komunitas dalam konservasi sumber air juga perlu diapresiasi dan didukung terus. Terlebih dalam membangun pengalaman baru dengan memadukan eksistensi para tetua dan tradisinya, lanskap perdesaan dan atribut keairannya.
"Kreativitas kaum muda dan perkembangan sosmed itu juga bagian penting. Sehingga bisa muncul aksi lokal dengan misi global. Kalau 4 hal ini bisa sinergi maka saya kira itu satu hal yang cukup menggembirakan untuk misi perawatan air," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Trik Rahasia Belanja Kosmetik di 11.11, Biar Tetap Hemat dan Tetap Glowing
-
4 HP Memori 512 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer dan Konten Kreator
-
3 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan, Speknya Setara Rp3 Jutaan
-
5 HP Layar AMOLED Paling Murah, Selalu Terang di Bawah Terik Matahari mulai Rp1 Jutaan
-
Harga Emas Naik Setelah Berturut-turut Anjlok, Cek Detail Emas di Pegadaian Hari Ini
Terkini
-
Stunting Sleman Turun Jadi 4,2 Persen, Rokok dan Pola Asuh Masih Jadi Musuh Utama
-
Demokrasi di Ujung Tanduk? Disinformasi dan Algoritma Gerogoti Kepercayaan Publik
-
Jalan Tol Trans Jawa Makin Mulus: Jasa Marga Geber Proyek di Jateng dan DIY
-
Batik di Persimpangan Jalan: Antara Warisan Budaya, Ekonomi, dan Suara Gen Z
-
Dinkes Sleman Sebut Tren Kasus ISPA Naik, Sepanjang 2025 Tercatat Sudah Capai 94 Ribu