SuaraJogja.id - Sekitar 67 persen warga berusia antara 17-19 tahun di Jepang melakukan upaya penghematan listrik setiap hari. Hal itu disinyalir oleh perang Rusia di Ukraina, menurut sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh Nippon Foundation.
Para responden survei tersebut mengatakan mereka telah meninjau kembali penggunaan pendingin ruangan (AC) dan lampu di tempat mereka saat pemerintah Jepang meminta bisnis dan rumah tangga untuk mengurangi konsumsi listrik selama Juli-September 2022 guna menghindari krisis listrik.
Dalam survei tersebut, sebanyak 54,4 persen responden mengatakan mereka sangat tertarik dengan kebijakan energi yang diterapkan pemerintah Jepang, sementara 69,7 persen responden menyadari tingkat ketergantungan negara mereka soal energi cukup tinggi.
Pemerintah dan beberapa perusahaan pemasok listrik Jepang menawarkan sistem poin untuk memberi penghargaan kepada rumah tangga yang menerapkan langkah-langkah penghematan energi.
Namun, hanya 17,3 persen responden yang mengatakan mereka memahami cara kerja sistem poin tersebut.
Keseimbangan pasokan dan permintaan listrik di Jepang berlangsung ketat sejak bencana pada 2011 di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.
Bencana tersebut dipicu oleh gempa bumi besar dan tsunami, yang menyebabkan penghentian banyak reaktor.
Kekhawatiran publik Jepang tentang krisis listrik telah meningkat di tengah penangguhan operasi di beberapa pembangkit listrik panas bumi pada awal 2022 karena masalah teknis serta kesulitan pengadaan bahan bakar akibat krisis di Ukraina.
Menurut survei Nippon Foundation, 43,6 persen responden mendukung rencana pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan energi nuklir menjadi 20 hingga 22 persen dari bauran listrik negara pada 2030. Sebanyak 17,6 persen responden lainnya meminta proporsi yang lebih tinggi.
Baca Juga: Survei Capres SSI: Pendukung NasDem Berimbang Pilih Prabowo Subianto dan Anies Baswedan
Mengenai upaya pengurangan emisi gas rumah kaca, sebanyak 55,8 persen responden menyebutkan tentang pengenalan sumber energi terbarukan untuk menggerakkan transportasi umum sebagai langkah yang paling menjanjikan.
Selanjutnya, sebesar 55,1 persen responden mengusulkan tentang pembangunan kota yang ramah lingkungan, dan 55 persen responden menyebutkan tentang pengelolaan hutan dan penghijauan kota.
Yayasan yang berbasis di Tokyo itu melakukan survei daring yang mencakup total 1.000 orang responden berusia 17 hingga 19 tahun di seluruh Jepang. Survei dilakukan dari 29 Juli hingga 2 Agustus. [ANTARA]
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Jogja Siaga Banjir, Peta Risiko Bencana Diperbarui, Daerah Ini Masuk Zona Merah
-
DANA Kaget untuk Warga Jogja: Buruan Klaim 'Amplop Digital' Ini!
-
Heboh Arca Agastya di Sleman: BPK Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Situs Candi
-
Gus Ipul Jamin Hak Wali Asuh SR: Honor & Insentif Sesuai Kinerja
-
Rp300 Triliun Diselamatkan, Tapi PLTN Jadi Korban? Nasib Energi Nuklir Indonesia di Ujung Tanduk