SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan Sleman mengirimkan tim psikolog ke Kabupaten Malang. Diketahui, kota tersebut baru saja dilanda tragedi Kanjuruhan, yang menyebabkan seratusan lebih suporter sepakbola meregang nyawa.
Tragedi itu diawali kericuhan akibat sejumlah suporter merangsek ke dalam area lapangan, usai laga Arema kontra Persebaya, 1 Oktober 2022.
Namun, teknik penanganan kepolisian yang menembakkan gas air mata saat kericuhan, menimbulkan begitu banyak korban nyawa.
Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Sleman, dr.Seruni Anggreini Susila mengatakan, tim yang diberangkatkan ke Malang terdiri dari sembilan orang. Lima orang merupakan tenaga psikolog dari Puskemas Moyudan, Godean 1, Berbah, Ngaglik 2 dan Seyegan.
Sementara itu empat orang lainnya dari Dinas Kesehatan Sleman. Tim itu tergabung dalam tim Mata Hati (Masyarakat Tangguh Sehat Jiwa).
"Tim dari Sleman diterima dengan senang hati oleh Dinkes Kabupaten Malang dan Dinkes Provinsi Jawa Timur, serta Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Jawa Timur di Pusat Krisis Kementerian Kesehatan di Kabupaten Malang," ucapnya, Sabtu (8/10/2022).
Kedatangan tim diawali dengan menemui pemangku kepentingan di daerah tersebut kemudian menyampaikan misi dan kegiatan.
"Tim kemudian berpencar ke rumah warga, termasuk menuju empat Puskemas di Malang untuk menemui para korban," ucap ketua Tim Mata Hati itu.
Seruni mengatakan, meskipun korban yang disambangi tidak mengalami luka fisik, tetapi mereka rata-rata memendam trauma luar biasa.
Baca Juga: Terjawab Kapan Jadwal BRI Liga 1 Kembali Akan Dirilis, Hasil Pertemuan 18 Klub dan PT LIB
"Ada yang bisa meredam trauma itu, dan bisa pulang ke rumah. Namun ada beberapa korban terpaksa harus mondok atau dirawat di Puskesmas," terangnya.
"Karena kesulitan makan, tidak bisa tidur dan kadang berhalusinasi. Kami datang, kami dampingi," jelas Seruni.
Seruni menyebut, gejala-gejala yang dialami oleh para korban terdampak psikisnya akibat tragedi Kanjuruhan itu, masuk dalam jenis trauma kategori sedang.
Tetapi, gejala itu bisa berujung berat jika tidak segera ditangani secara tepat.
Ia mengatakan, para korban dalam tragedi Kanjuruhan umumnya memiliki luka batin. Dan proses pemulihan mentalnya tidak seperti luka fisik.
"Butuh pendampingan yang intens. Ini yang menjadi konsen dari tim Mata Hati Kabupaten Sleman dalam upaya membantu memberikan layanan," ujarnya.
Berita Terkait
-
Indonesia Bebas dari Sanksi FIFA Imbas Tragedi Kanjuruhan, Tapi 5 Syarat Ini Harus Dipenuhi
-
Potret-Potret Bos Arema Juragan 99 Gelar Tujuh Harian Korban Tragedi Kanjuruhan, Dihadiri Seribu Anak Yatim
-
Terpopuler: Rizky Billar Bantah Ada KDRT, Lesti Pilih Berangkat Umroh, Video Lama Remaja Tawuran di Bekasi
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
-
Trik Rahasia Belanja Kosmetik di 11.11, Biar Tetap Hemat dan Tetap Glowing
-
4 HP Memori 512 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer dan Konten Kreator
-
3 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan, Speknya Setara Rp3 Jutaan
-
5 HP Layar AMOLED Paling Murah, Selalu Terang di Bawah Terik Matahari mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Stunting Sleman Turun Jadi 4,2 Persen, Rokok dan Pola Asuh Masih Jadi Musuh Utama
-
Demokrasi di Ujung Tanduk? Disinformasi dan Algoritma Gerogoti Kepercayaan Publik
-
Jalan Tol Trans Jawa Makin Mulus: Jasa Marga Geber Proyek di Jateng dan DIY
-
Batik di Persimpangan Jalan: Antara Warisan Budaya, Ekonomi, dan Suara Gen Z
-
Dinkes Sleman Sebut Tren Kasus ISPA Naik, Sepanjang 2025 Tercatat Sudah Capai 94 Ribu