Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Jum'at, 21 Oktober 2022 | 15:10 WIB
Lesti Kejora mencium tangan Rizky Billar saat menggelar perdamaian di Polres Metro Jakarta Selatan, Selasa (18/10/2022) malam. [Rena Pangesti/Suara.com]

SuaraJogja.id - Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menyelimuti hubungan Rizky Billar dan Lesti Kejora hingga kini tak habis menjadi perbincangan publik. Hal tersebut lantaran banyak warganet yang memperhatikan dan memberikan dukungan kepada sang Kejora.

Namun, dukungan tersebut kini berbalik menjadi kekecewaan ketika Lesti Kejora memutuskan untuk mencabut laporan hingga kembali seatap dengan suaminya. Hal itu tentu saja membuat para penggemarnya pun turut geram.

Sikap Lesti yang selalu memaafkan Rizky Billar itu disinyalir merupakan bagian dari sindrom Stockholm. Pasalnya, ia bisa memaafkan dan kembali ke pelukan Rizky Billar yang dikabarkan telah mencekik bahkan membantingnya.

Bahkan, luka-luka fisik yang dialaminya akibat KDRT itu sendiri belum dinyatakan sembuh total. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ustaz Subki Al-Bughuri. Ketika Lesti sudah memaafkan, ustaz Subki mengatakan bahwa orang tua Lesti masih khawatir dan belum percaya sepenuhnya pada Rizky Billar.

Baca Juga: Aduh Kenapa Titi DJ Ikut Gemas Ketika Lesti Kejora Cabut Laporan KDRT Rizky Billar

Perbuatan Lesti Kejora yang dengan cepat memaafkan Rizky Billar itu disebut karena dirinya terlalu bucin dengan Billar. Kadar cinta tersebut, atau yang dikenal dengan sindrom Stockholm itulah yang membuat sang pedangdut dengan mudah memaafkan orang yang menyakitinya.

Stockholm syndrome sendiri, menurut pakar psikologi, Zoya Amirin, merupakan sindrom yang menggambarkan perempuan yang tetap jatuh cinta kepada laki-laki yang menyakiti dia.

“Ini tuh seperti burung di sangkar emas, pintu sangkarnya tuh udah dibuka, dia gak mau keluar juga, jadi kita gak bisa menolong orang yang tidak mau menolong dirinya sendiri,” ujar Zoya Amirin dikutip dari Silet, Jumat (21/10/2022).

Selain itu, Joice Manurung, juga mengatakan bahwa penderita sindrom ini memiliki ketergantungan yang spesifik kepada pelaku kekerasan, tergantung perlakuan manis dan baik. Sehingga, perlakuan baik tersenut membuat penderita Stockholm mereka candu.

“Itulah yang membuat mereka tidak lagi menganggap perlakuan kekerasan itu sebagai sesuatu yang mengancam,” ujarnya.

Baca Juga: Publik Lupa Satu Hal soal Rizky Billar, Bukan Sekadar KDRT!

TONTON VIDEONYA DI SINI.

Kontributor: Dinna Lailiyah

Load More