Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Wahyu Turi Krisanti
Rabu, 26 Oktober 2022 | 14:40 WIB
Salah satu pekerja Sawo Kecik yang tengah memproduksi tas, Selasa (25/10/2022). [Suarajogja.id / Wahyu Turi Krisanti]

SuaraJogja.id - Dikko Andrey Kurniawan (26) pemuda Dusun Wirosutan, Kalurahan Srigading, Kapanewon Sanden, Bantul wujudkan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan mengolah kembali sampah plastik menjadi benda yang memiliki nilai jual.

Dengan kepiawaiannya, ia berhasil ciptakan produk kerajinan seperti tas dan topi dari sampah plastik dengan teknik tenun. Untuk sampai pada inovasi tersebut Andrey mengaku melakukan riset selama lebih dari 3 bulan untuk mengetahui proses menenun, alat yang dibutuhkan, langkah-langkah pembuatan, serta keperluan lainnya.

"Desember 2020 melihat sampah plastik banyak tersebar di lingkungan, terus berinovasi sampah plastik ini bernilai jual. Kita melihat tenun, gimana kalau sampah plastik ini kita tenun. Kita riset dulu sampai Maret 2021, akhirnya di bulan Mei bisa memproduksi produk dari tenun daur ulang samah plastik," jelasnya, Selasa (25/10/2022).

Sebelum menghasilkan produk dari sampah plastik yang ditenun, ia telah memulai dan menunjukkan minatnya di tahun 2019 lalu. Namun karena pandemi Covid19 membuatnya terkendala untuk melakukan riset.

Baca Juga: Kabar Jogja Hari Ini: Peringatan Hari Santri di Bantul, Farmakolog UGM Minta Pemerintah Tak Gegabah Larang Obat Sirup

Pada tahun itu ia hanya membuat casing handphone dari tutup botol bekas, kemudian pada tahun 2020 ia benar-benar memulai kiprahnya dan merambah ke produk aksesoris seperti gelang dan kalung. Ia menyebutkan harga setiap produknya beragam yaitu mulai dari Rp15 ribu sampai ratusan ribu rupiah.

Meskipun belum mendapatkan orderan berskala besar, produk aksesoris antingnya pernah dikirim sampai ke Belanda. Membawakan brand Sawo Kecik, produk casing handphonenya pun cukup membangkakan lantaran pernah dijadikan merchandise gelaran internasional MotoGP Indonesia Grand Prix 2022 di Sirkuit Mandalika Lombok.

"Pernah ekspor lewat instagram, kirim ke Belanda. Tapi belum skala besar, baru perorangan," katanya.

Dalam sehari ia dapat menghasilkan belasan produk aksesoris dari sampah plastik dengan memberdayakan warga sekitar. Kendati masih mempekerjakan 3 orang, ia berharap dapat merekrut lebih banyak lagi pekerja untuk memperbaiki perekonomian warga di sekitarnya.

Ia pun akan terus melakukan inovasi agar lebih banyak lagi sampah plastik yang dapat ia olah menjadi benda yang memiliki nilai guna dan nilai jual.

Baca Juga: Peringatan Hari Santri, Belasan Ribu Santri di Bantul Ikut Apel di Lapangan Paseban

Dalam waktu dekat, ia beringinan produk daur ulang sampah plastik menjadi trend fashion baru. Sementara untuk jangka panjang, ia berharap Sawo Kecik dapat menjadi eduwisata dan ekowisata.

"Harapannya dapat menjadi sebuah tempat untuk pembelajaran terkait cinta lingkungan dan jadi wisata gitu," terangnya.

Lebih lanjut lagi ia berharap edukasi cinta lingkungan dan wirausaha melalui daur ulang sampah plastik ini dapat ditanamkan pada pelajar melalui kurikulum merdeka. Dengan demikian sejak usia anak para pelajar dapat menjadi agen untuk menyelamatkan lingkungan dengan mendaur ulang sampah plastik.

"Pemuda kan agen perubahan, harapannya semakin meningkatkan cinta terhadap lingkungan dan kepedulian dengan masyarakat sekitar," ujarnya.

Load More