SuaraJogja.id - Setelah bertemu dengan pihak sekolah serta wali murid yang mengaku sebagai korban dugaan intimidasi, Dinas Pendidikan (Disdik) Sleman menyatakan bahwa apa yang terjadi adalah kesalahpahaman atau miskomunikasi.
Sekretaris Disdik Sleman Sri Adi Marsanta mengungkap, dua pihak sudah memberikan klarifikasi atas kabar yang beredar luas itu.
"Itu hanya miskomunikasi saja. Mereka akan ketemuan [lagi] pada Kamis (3/11/2022)," ungkapnya, Selasa (1/11/2022).
Untuk mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, atas kabar dugaan intmidasi terhadap wali murid oleh kepala sekolah itu, Adi meminta agar seluruh pihak bisa menunggu pertemuan itu terlaksana di kantor Disdik Sleman.
Ia memastikan, kalaupun pertemuan di antara pihak berselisih paham itu mundur, tetap akan teragendakan dalam pekan ini.
Diberitakan sebelumnya, seorang wali murid berinisial DS di salah satu SD Negeri yang berada di Kapanewon Kalasan, mendatangi Kantor Ombudsman Republik Indonesia (ORI) DIY, Senin (31/10/2022) pagi.
Kedatangannya bermaksud untuk melaporkan dugaan intimidasi yang dilakukan pihak sekolah terhadapnya.
Relawan sekaligus tetangga yang mendampingi DS, Katarina Susi Indraswari menerangkan, peristiwa itu berawal dari munculnya pesan berantai terkait dengan proposal pembangunan sekolah senilai Rp300 juta. Pesan itu diterima oleh korban.
Pesan berantai yang tidak diketahui identitas pengirimnya itu lalu diterima DS. Sebenarnya, kata Susi, DS hanya ingin bertanya di sebuah grup yang berisi para wali murid di sekolah itu terkait kebenaran pesan tersebut pada 12 Oktober 2022.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca di Jogja 2 November 2022, Sleman dan Kulon Progo Diguyur Hujan Ringan
Lalu pesan itu diteruskan ke dalam grup tersebut untuk meminta diselesaikan. Agar tidak berkembang lebih jauh, hingga mengganggu program belajar mengajar di sekolah.
Namun tiba-tiba, korban kemudian dipanggil kepala sekolah untuk bertemu. Korban mengira, pertemuan itu akan membahas tentang anaknya.
"Tapi ternyata dia di sana langsung dihadapkan oleh komite dan kepala sekolah. Lalu ditanyain tentang ini, macam-macam dicecar pertanyaan dan ancaman," tuturnya.
Pemanggilan pertama itu terjadi pada tanggal 22 Oktober 2022. Saat itu DS diminta untuk mengakui atau klarifikasi terkait dengan penyebaran pesan berantai itu.
"Nah sampai pada penugasan dia harus mencari ini orang siapa untuk membuktikan bahwa bukan dia yang menyebarkan," ucapnya.
Kemudian pada 27 Oktober 2022, DS kembali ke sekolah. Saat itu DS sudah ditemani oleh Susi sebagai pendampingnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
BRI Peduli Fokuskan Pemulihan Infrastruktur Pascabencana di Tiga Provinsi Sumatera
-
Dirut PSIM Yogyakarta Dapat Kesempatan Belajar di NFL, Satu-satunya dari Indonesia
-
Hadirkan Perumahan Mewah di Tengah Kota Yogyakarta, Nirwana Villas Malioboro Pastikan Legalitas Aman
-
Konser "Jogja Hanyengkuyung Sumatra": Kunto Aji hingga Shaggydog Ikut Turun Gunung
-
Danantara dan BP BUMN Siagakan 1.000 Relawan untuk Tanggap Darurat