Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Kamis, 03 November 2022 | 18:20 WIB
Kepala SMKN 2 Yogyakarta, Dodot Yuliantoro menyampaikan bantuan CSR 1 unit kendaraan Hino Dutro di sekolah setempat, Kamis (02/11/2022). [Kontributor / Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Maraknya isu pungutan liar (pungli) sekolah kepada orang tua siswa di SMKN 2 Yogyakarta yang dilaporkan ke Ombudsman Republik Indonesia (ORI) DIY beberapa waktu lalu coba dicari solusi oleh pihak sekolah. Tak lagi meminta bantuan komite sekolah dan orang tua murid untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, sekolah menggandeng dunia industri melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

"Dengan program csr yang kami kerjasamakan dengan dunia industri maka bisa mengurangi beban [sumbagan] orang tua maupun pemerintah," ungkap Kepala SMKN 2 Yogyakarta, Dodot Yuliantoro usai mendapatkan bantuan CSR di sekolah setempat, Kamis (02/11/2022).

Bantuan dari dunia industri, menurut Dodot memang sangat dibutukan sekolah. Sebagai sekolah vokasi yang lebih banyak melaksanakan praktik alih-alih pembelajaran teori, kebutuhan infrastruktur dan fasilitas serta prasarana sangat tinggi.

Apalagi sekolah tersebut memiliki banyak program keahlian yang memerlukan banyak fasilitas praktikum. Diantaranya Teknik Kendaraan Ringan Otomotif, Sistem Informatika Jaringan dan Aplikasi. Teknik Audio dan Video, Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik Pemesinan, Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan, Konstruksi Gedung, Sanitasi dan Perawatan, Multimedia / Desain Komunikasi Visual dan Teknik Geomatika.

Baca Juga: Dilaporkan ke ORI Dugaan Pungli, SMKN 2 Yogyakarta Berikan Penjelasan

Karenanya mulai beberapa bulan terakhir, SMKN 2 Yogyakarta menggenjot kerjasama dengan dunia industri. Melalui program CSR, mereka mendapatkan bantuan fasilitas pendidikan yang bisa digunakan peserta didik.

"Jadi pembelian alat bisa dikurangi dengan bantuan csr, kebutuhan lain bisa dialihkan dari pemerintah. Orang tua pun bisa mengurangi budget dengan bantuan ini," ungkapnya.

Tak hanya berupa fasilitas pendukung, kerjasama dengan dunia industri dilakukan untuk melakukan sinkronisasi kurikulum. Selain itu para siswa juga mendapatkan kesempatan untuk magang di dunia industri.

"Sehingga bisa meningkatkan keterserapan lulusan kami ke dunia kerja," jelasnya.

Semetntara Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (disdikpora) DIY, Didik Wardaya tidak mempermasalahkan kerjasama sekolah dengan dunia industri. Program CSR yang banyak dimiliki dunia industri bisa mengurangi beban sekolah dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Baca Juga: Dugaan Pungutan Liar di SMKN 2 Yogyakarta, ORI DIY Bakal Tindaklanjuti

"[CSR] bagian dari program yang bisa digunakan sekolah untuk mendapatkan bantuan fasilitas pembelajaran," jelasnya.

Kerjasama dengan dunia industri, lanjut Didik juga bisa digunakan sekolah dalam menyesuaikan metode pembelajaran dengan dunia kerja. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah pun sesuai kebutuhan pasar kerja.

"Yang pasti ada upaya bagaimana proses pembelajaran di SMK bisa dilakukan dengan metode dan alat yang tidak jauh berbedsa dengan dunia industri [melalui bantuan csr]," paparnya.

Ditambahkan Tomoki Hattori, Marketing Director PT HMSI, program CSR diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu dan kelancaran jalannya pendidikan siswa - siswa di SMK. Hal itu penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkontribusi untuk kemajuan Indonesia.

"Sudah enam SMK yang menjalin kerja sama. Karena dalam program ini SMK yang bekerja sama akan turut terlibat dalam kurikulum mengenai pengetahuan dan perawatan mesin. Sekolah bisa mendapatkan fasilitas belajar dan pelatihan otomotif untuk guru dan siswa," imbuhnya. 

Load More