Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Sabtu, 12 November 2022 | 13:09 WIB
Ferdy Sambo semringah peluk PRT Susi. [Istimewa]

SuaraJogja.id - Saksi-saksi di persidangan kasus pembunuhan Brigadir J dari terdakwa Ferdy Sambo diduga didikte para pihak tertentu. Hal ini diungkap oleh Pengacara kondang Elza Syarif.

Kabar mencengangkan itu muncul saat Elza Syarif hadir di program Perempuan Bicara di tvOne, Sabtu (12/11/2022).

"Saya melihat informasi, bahwa waktu membuat BAP itu, pada waktu kekuasaan Sambo masih ada, sehingga ada dipasang seperti headset di sini (di telinga) sehingga menjawabnya ada yang mendiktekan," kata Elza.

Si pembawa acara pun segera menegaskan lagi dengan bertanya terkait kebenaran yang diungkap dari Elza Syarif itu.

Baca Juga: Deklrasi Koalisi Perubahan Dinilai Gagal Akibat Bandar Belum Sepakat, Surya Paloh Angkat Bicara Turut Bawa Nama Ferdy Sambo

"Sempat dibuka. Waktu itu salah satu saksi yang mengaku hal ini, tapi saya nggak tahu apakah Susi itu termasuk atau enggak," bebernya.

Namun, Elza mengaku lupa siapa nama saksi yang ketahuan memakai handsfree dan didikte saat membuat BAP.

"Saya lupa namanya, sempat diketahui (memakai handsfree) oleh penyidik, akhirnya dibuka," ujar Elza.

"Ini fakta, bisa dikonfirmasi?" tanya si pembawa acara lagi.

"Waktu itu keterangan saksi siapa, salah satu ajudannya, saya lupa namanya," jawab Elza.

Baca Juga: Ada KTT G20 di Bali, Sidang Ferdy Sambo Cs Diliburkan Pekan Depan

"Tapi ini terjadi ya, Bu Elza? Bisa dipertanggung jawabkan," tanya lagi si pembawa acara.

"Iya. Waktu itu dia bicara di persidangan, tapi tidak sampai selesai," jawab Elza.

Keterangan Elza itu memicu kecurigaan ada sejumlah saksi yang memang didikte, baik ketika masih di tahap pembuatan BAP hingga persidangan. Seperti misalnya asisten rumah tangga (ART) Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, Susi, yang sempat dicurigai memakai handsfree di balik pakaiannya.

Berikut ini, drama persidangan terkini kasus pembunuhan berencana Brigadir J dengan terdakwa Ferdy Sambo.

1. Dugaan Pemakaian Handsfree oleh Saksi-saksi dari Terdakwa Ferdy Sambo

Hal ini diungkap oleh Pengacara kondang Elza Syarif saat hadir di program Perempuan Bicara di tvOne, Sabtu (12/11/2022).

"Saya melihat informasi, bahwa waktu membuat BAP itu, pada waktu masih kekuasaan Sambo masih ada, sehingga ada dipasang seperti headset di sini (di telinga) sehingga menjawabnya ada yang mendiktekan," katanya.

2. Kesaksian ART Bernama Susi yang Tidak Konsisten 

Susi kerap menjawab tidak tahu untuk sejumlah pertanyaan yang diajukan hakim. Dalam beberapa pertanyaan, ia dengan cepat mengatakan tidak tahu tanpa berpikir lebih dulu.

Susi juga menjawab pertanyaan sederhana dengan berbelit.Jaksa Penuntut Umum menduga Susi telah diarahkan sebelum persidangan dengan memakai perangkat audio jarak jauh atau handsfree.

3. Ferdy Sambo Tidak Ikut Swab di Hari Kematian Brigadir J 

Hal itu terungkap berdasarkan keterangan saksi ahli kesehatan Nevi Afrilia. Berdasarkan keterangan Nevi, yang melakukan tes swab PCR pada tanggal 8 Juli 2022  hanya Putri Candrawati, Susi, Nofriansyah Yosua Hutabarat, dan Richard Eliezer Pudihang Lumiu.

Saat itu, Hakim menanyakan, apakah Sambo ikut menjalani tes? Nevi menjawab tidak melihat mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri tersebut. "Tidak ada. Tidak," kata Nevi. 

Padahal, Ferdy Sambo sempat beralibi dirinya sedang menjalani tes swab PCR saat tewasnya Yosua. 

4. Mobil Ambulans Dilarang Hidupkan Sirene

Dalam persidangan beberapa waktu lalu, terungkap bahwa terdapat kejanggalan saat jenazah Brigadir J dibawa ke rumah sakit.

Ahmad, sopir ambulans yang membawa jenazah Brigadir J mengatakan mendapat perintah tidak menyalakan sirine saat meninggalkan kawasan kompleks Polri Duren Tiga. Larangan itu sudah berlaku sejak pertama kali ia datang ke kawasan Duren Tiga. 

Ahmad bercerita permintaan mematikan sirine diterima saat tiba di depan gapura Komplek Polri, Duren Tiga dari sejumlah provos yang berjaga. Saat meninggalkan kediaman Ferdy Sambo dengan jenazah Brigadir J di dalam ambulans, ia juga kembali mematikan sirine.

5. Ahmad Merasa Janggal Jenazah Brigadir J Dibawa ke IGD 

Ahmad mengaku heran setiba di rumah sakit ia diminta petugas polisi yang menemani untuk membawa jenazah Brigadir J ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).

"Saya bertanya Pak izin kok IGD dulu, biasanya kalau saya langsung ke kamar jenazah, forensik. 'Oh, saya juga enggak tahu mas ikuti perintah aja.' Oh baik," tutur Ahmad menceritakan.

Ahmad pun membawa jenazah Brigadir J ke bagian IGD. Ia menyebut petugas IGD sedikit heran dan bertanya kenapa korban sudah memakai kantong jenazah. Setelah diberi tahu, ia kemudian menyuruh Ahmad membawa jenazah Brigadir J ke kamar jenazah. 

Setelah mengantar jenazah Brigadir J ke kamar Jenazah, Ahmad meminta pamit untuk pulang. Namun, seorang petugas menahan niatnya dan meminta Ahmad untuk menunggu. 

Ahmad mengaku tidak mendapat alasan yang pasti mengenai kenapa ia disuruh menunggu oleh polisi yang berjaga. Ia mengaku hanya mendapat sewa penggunaan mobil dan biaya cuci mobil. 

Kontributor : Ismoyo Sedjati

Load More