SuaraJogja.id - Kisah memilukan datang dari mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berinisial NRFA alias R yang berjuang mencari biaya kuliahnya hingga akhir hayatnya. Perjuangan R tersebut sempat viral di media sosial.
Rekan kampus sekaligus kakak tingkat R, Rachmad Ganta Semendawai yang juga membagikan kisah itu di media sosial menuturkan bahwa persoalan yang dialami rekannya itu berkaitan dengan pembayaran uang kuliah tunggal (UKT).
"Dia (R) mahasiswa angkatan 2020 yang selama kuliah terkendala tidak bisa membayar UKT," kata Ganta, Jumat (13/1/2023).
Disampaikan Ganta, R sendiri tak sempat merinci kondisi yang dialaminya mengenai persoalan UKT tersebut. Pasalnya mahasiswi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNY tersebut sudah terlebih dulu tutup usia pada 9 Maret 2022 silam.
Baca Juga: Mahasiswa UNY Beri Pendampingan bagi Difabel Korban Pelecehan Seksual lewat Gim
Namun memang selama masa kuliahnya, R yang merupakan warga Purbalingga, Jawa Tengah itu terus memperjuangkan nasibnya agar bisa mendapatkan keringanan biaya UKT tersebut. Diketahui bahwa besaran UKT yang harus dibayarkan R yakni senilai Rp3,14 juta per semester.
Perjuangan yang dijalani R itu bukan tanpa alasan. Mengingat R sendiri bukan dari kalangan keluarga yang terbilang mapan. Orang tua R sendiri diketahui berprofesi sebagai penjual sayur dan harus menghidupi empat adik R yang juga masih bersekolah.
Riska pun sudah sempat mengajukan permohonan keringanan UKT itu ke kampus. Melalui berbagai prosedur yang ada termasuk dengan mengisi pendapatan orang tua sesuai kondisi ekonominya.
"Ia sudah mengisi nominal pendapatan yang sesuai dengan kondisi ekonominya. Tetapi, saat diminta mengupload beberapa berkas, ia tidak punya laptop. Sehingga ia meminjam hp tetangganya di desa," ucapnya.
Namun apesnya, percobaan R mengunggah berkas itu selalu gagal. Hingga akhirnya seketika muncul nominal UKT Rp3,14 juta tadi.
Baca Juga: Prihatin Marak Kejahatan Jalanan, Mahasiswa UNY Kembangkan Aplikasi Kurangi Klitih
Nominal itu, kata Ganta, bukan yang terendah untuk nilai UKT mahasiswa. Melainkan hanya salah satu tingkatan level saja.
"Itu bukan terendah, level terendah kalau nggak salah Rp500 ribuan," imbuhnya.
Ganta mengungkapkan semangat kuliah rekannya itu masih terus terlihat khususnya pada saat awal kuliah. Terlebih ketika ada bantuan yang diberikan oleh guru-guru sekolah hingha rekan kampusnya untuk menutup biaya itu.
Namun perjuangan R untuk mengusahakan keringan UKT tak berhenti begitu saja. Walaupun dengan segala rintangan dan hambatan birokrasi yang berbelit, ia terus usahakan itu.
Hingga melewati semester dua, tak hanya keringanan biaya saja yang ia usahakan. R turut mencoba mencari pemasukan dari bekerja paruh waktu.
Sayangnya, diungkapkan Ganta hasil dari jerih payah R itu tidak seberapa. Rekannya itu hanya mendapat keringanan biaya sebesar Rp600 ribu dari total UKT yang harus dibayarnya tadi.
Semangat R untuk bisa melanjutkan kuliah mulai meredup tepatnya ketika memasuki semester tiga. Ketika itu R mulai tak terlihat lagi dalam aktivitas perkuliahan.
Ganta mengaku sempat menerima dua informasi terkait rekannya tersebut kala itu. Pertama bahwa R tengah mengambil cuti untuk bekerja guna dapat mencukupi kebutuhan uang UKT itu.
Kedua adalah terkait dengan R yang memutuskan berhenti kuliah. Sebab sudah tak mampu lagi untuk membayar UKT. Hingga akhirnya justru adalah kabar duka yang muncul.
"Selama ini dia mengidap hipertensi yang amat buruk. Ancamanan putus kuliah kian memperburuk keadaannya. Setelah beberapa waktu tidak kuliah, tiba-tiba muncul kabar ia sedang kritis di RS. Pembuluh darah di otaknya pecah," terangnya.
Menurut Ganta, R merupakan bukti nyata dari kejamnya sebuah institusi dan sistem pendidikan di negeri ini. Terlebih dengan komersialisasi pendidikan yang masih terus berlangsung.
"Kasus seperti R ini bukan satu-satunya, banyak kasus nominal UKT yang dibebankan mahasiswa lebih tinggi dari kemampuan ekonominya," ujarnya.
Berita Terkait
-
Kemenpar Pastikan UKT di Poltekpar Tidak Naik Meski Ada Efisiensi Anggaran: Masih Rp2,05 Juta per Semester
-
Kisah Pilu Eli Sharabi: Disiksa Hamas, Keluarga Tewas Kini Kondisinya Memprihatinkan
-
Resmi Jadi Mendiktisaintek, Brian Yuliarto Tegaskan Tak Ada Kenaikan UKT Imbas Efisiensi Anggaran
-
#IndonesiaGelap: Ketika Pendidikan Tak Lagi Jadi Prioritas
-
Mendiktisaintek Tegaskan Efisiensi Anggaran Tak Ganggu KIP Kuliah, UKT Dipastikan Tidak Naik
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
-
Red Sparks Bangkit Dramatis, Paksa Set Penentuan di Final Liga Voli Korea 2024/2025
-
RESMI Lawan Manchester United di Malaysia, ASEAN All-Stars Bakal Dilatih Shin Tae-yong?
Terkini
-
Libur Lebaran di Sleman, Kunjungan Wisatawan Melonjak Drastis, Candi Prambanan Jadi Primadona
-
Zona Merah Antraks di Gunungkidul, Daging Ilegal Beredar? Waspada
-
Miris, Pasar Godean Baru Diresmikan Jokowi, Bupati Sleman Temukan Banyak Atap Bocor
-
Kawasan Malioboro Dikeluhkan Bau Pesing, Begini Respon Pemkot Kota Yogyakarta
-
Arus Balik Melandai, Tol Tamanmartani Resmi Ditutup, Polda DIY Imbau Pemudik Lakukan Ini