SuaraJogja.id - Konektivitas antara negara-negara di ASEAN menjadi salah satu pembahasan dalam ASEAN Tourism Forum (ATF) 2023. Hal itu dinilai penting dalam peningkatan kunjungan wisatawan dalam sektor pariwisata ke depan.
"Diskusi di sini (ATF 2023) adalah tentang konektivitas. Bagaimana kita dapat meningkatkan konektivitas dan dengan mudah melakukan perjalanan intra ASEAN. Misalnya dari Laos ke Indonesia, Brunei ke Indonesia, Filipina, Thailand, Singapura dan lainnya," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam jumpa pers The 26th Meeting of ASEAN Tourism Ministers and Related Meetings di Hotel Marriot Yogyakarta, Minggu (5/2/2023) kemarin.
Dalam hal ini, Sandi juga menyoroti tentang konektivitas dengan negara-negara lain di luar ASEAN. Misalnya saja India yang belum terkoneksi secara maksimal menyusul tidak ada penerbangan langsung ke sana.
"Kami tidak memiliki penerbangan langsung dari India ke Indonesia. Padahal India masuk dalam lima besar kedatangan turis asing atau internasional di Indonesia," terangnya.
Ia berharap ke depan akan ada penambahan penerbangan langsung dari ASEAN ke negara-negara lain.
"Jadi kita ingin melihat direct flight lebih ke ASEAN. Kita juga berdiskusi selain India dengan Filipina dan dengan negara anggota ASEAN lainnya," ucapnya.
Ditambah lagi, kata Sandi, perbatasan China yang akan kembali di buka pada Februari ini. Sehingga ia menilai ASEAN membutuhkan upaya kolektif dalam hal menarik wisatawan China yang akan masuk ke kawasan ASEAN.
"Tidak hanya mengunjungi satu destinasi negara tetapi ASEAN sebagai salah satu tujuan utama," tandasnya.
Chief Executive, International Group Singapura, Juliana Kua, menyambut baik berbagai usulan dalam diskusi ATF 2023 kali ini. Terlebih dengan progres penerapan program wisata keberlanjutan untuk seluruh wilayah di ASEAN.
Baca Juga: Selesai ASEAN Tourism Forum 2023, Ini Pesan Menparekraf kepada Dunia
"Saya pikir langkah pertama menuju implementasi itu untuk mendapatkan pemahaman dan rencana bersama. Dan ASEAN sebenarnya baru saja menyelesaikan studi tentang pembangunan berkelanjutan di semua kawasan. Terlebih di destinasi pariwisata Asia Tenggara berdasarkan penilaian dampak pasca Covid-19, serta indikator pariwisata ASEAN yang berkelanjutan dan inklusif," ujar Juliana.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik