Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 15 Februari 2023 | 20:26 WIB
Ilustrasi bunuh diri. (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Kurang dari sebulan, dua anak di Kapanewon Turi ditemukan meninggal dunia karena bunuh diri. Data ini merupakan yang telah dihimpun oleh otoritas Polsek Turi, Kabupaten Sleman. 

Terakhir, diketahui seorang pemuda berinisial NP (19),  siswa sebuah Sekolah Menengah Kejuruan yang berdomisili di Turi, mengakhiri hidupnya dengan gantung diri menggunakan seutas tali. 

Sebelum itu, korban mengunggah story WhatsApp dengan keterangan bertuliskan 'See you man teman'.

Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, Prof. Koentjoro mengatakan, kondisi psikis korban yang bersumbu pendek seperti demikian, jelas menunjukkan sangat rendahnya penguatan agama dan pendidikan moral yang diterapkan oleh keluarga.

Baca Juga: Diduga Bunuh Diri, Anggota Polisi Meninggal di Pos Lalu Lintas Pintu Keluar Tol Brebes

"Jadi saya berulangkali mengkritik model-model pendidikan keluarga saat ini. Memenuhi makan, sekolah, pakaian dan sebagainya, tetapi tidak pernah ngobrol," ujarnya, Rabu (15/2/2023). 

"Ngobrol hati ke hati sangat kurang, sehingga dia tidak cukup bekal untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi. Jadi saya selalu katakan, anak-anak itu sekarang 'hanya belajar apa yang tersurat tidak pernah belajar yang tersirat'," jelas lelaki yang juga dikenal sebagai ahli psikologi forensik itu. 

Bila mereka mempelajari apa yang tersurat, maka yang akan terjadi adalah mereka melihat yang kelihatan; tetapi tidak pernah melihat pesan apa di balik peristiwa yang Allah berikan kepada mereka.

Anak yang Sudah Ingin Bunuh Diri, Akan Selalu Terobsesi Dan Cari Peluang

Di kesempatan sama, Koentjoro juga ditanya tentang konteks orang tua para pelaku bunuh diri ini tak mengetahui penyebab anak mereka nekat melakukan perbuatan itu. 

Baca Juga: Tiba-tiba Bangkrut, Ressa Herlambang Sempat Ingin Bunuh Diri

"Tipe-tipe orang seperti itu adalah tipe kepribadian introvert. Biasanya dia seperti itu kalau bukan masalah pacar, dimarahi keluarga, merasa bahwa dirinya itu tidak berguna, membebani keluarga," jawab Koent.

"Itu yang tadi saya katakan anak merenung didiamkan, tidak pernah diajak ngobrol. Sebetulnya jejaknya bisa dilihat, mereka itu pernah melakukan percobaan-percobaan ini atau tidak. Karena kalau mereka sudah ingin bunuh diri, dia akan terobsesi untuk bunuh diri, selalu mencari peluang untuk bunuh diri," ujarnya.

Melihat kondisi ini, ia menjelaskan orangtua harus mengajak anaknya untuk  ngobrol. Bisa dimulai dengan anak yang aktif bercerita kepada orang tua. Atau apabila sang anak berkarakter introvert, maka orang tua yang aktif bertanya. 

Disdikpora DIY Prihatin Dan Akan Menelusuri

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta Didik Wardaya mengatakan, pihaknya akan mencari tahu soal kabar ini. Pasalnya, ia belum mengetahui betul penyebab sang siswa memilih mengakhiri hidup mereka dengan cara demikian. 

Namun pada prinsipnya ia ikut prihatin, dan di lembaga pendidikan di DIY, para siswa sebetulnya bisa memanfaatkan keberadaan guru Bimbingan Konseling (BK). 

"Kalau ada permasalahan-permasalahan sekiranya bagi anak atau siswa itu berat, saya kira peran BK perlu dikedepankan, untuk bisa membantu memecahkan permasalah siswa," terangnya.

Ia juga menyatakan, bahwa diperlukan peranan orang tua untuk lebih saling menguatkan hubungan dan komunikasi dengan anak. 

"Tapi kami akan menelusuri ini dan mencari cara agar masalah ini tidak terulang ke depan," tandasnya. 

Kontributor : Uli Febriarni

Load More