SuaraJogja.id - Gubernur DIY, Sri Sultan HB X beberapa waktu lalu menyampaikan wacana rumah murah bagi warga DIY. Memanfaatkan Sultan Ground atau Tanah Kasultanan, wacana tersebut digulirkan untuk mengatasi tingginya harga tanah di DIY yang menyulitkan warga membeli rumah.
Menanggapi hal itu,Paguyuban Kalijawi, perkumpulan warga Bantaran Sungai Winongo dan Gajah Wong serta para arsitek yang tergabung dalam Arsitek Komunitas (Arkom) Indonesia meminta Sultan merealisasikan wacana tersebut.
"Apa yang disampaikan Sri Sultan HB X tentang rumah murah bagi warga jogja banyak beredar di media itu bikin kami optimis dengan konsep yang kami lakukan selama ini. Kaya tumbu entuk tutup kalau orang jawa bilang karena paguyuban kami punya konsep perumahan untuk rakyat miskin," papar Divisi Advokasi dan Jaringan Kalijawi, Ainun Murwani di Yogyakarta, Jumat (14/04/2023) sore.
Menurut Ainun, Kalijawi dibantu Arkom Indonesia mengembangkan kampung gotong royong bagi warga di bantaran Sungai Winongo dan Gajah Wong sejak 2014 lalu. Sebanyak 120 Kepala Keluarga (KK) yang tidak punya rumah atau yang mengindung di KK lainnya di 14 kampung kecil diajak berkolaborasi mengembangkan kampung baru berkonsep gotong royong.
Baca Juga: Kejati DIY Tangkap Mafia Tanah Desa Caturtunggal Sleman, Kerugian Capai Rp2,4 Miliar
Sebanyak 22 kelompok warga dibantu Arkom melakukan penataan kawasan bantaran Sungai Kaliwinongo dan Gajah Wong, relokasi dan membangun permukiman kumuh menjadi kampung berbasis komunitas. Hingga kini mereka bisa hidup di kampung susun dengan konsep komunal. Hanya menabung Rp 2 ribu per hari, mereka yang kemudian mendirikan koperasi sudah memiliki tabungan bersama sebesar Rp 1 Miliar lebih.
"Jadi warga bantaran sungai menabung untuk perbaikan permukiman dan menjadi kampung susun dengan konsep gotong royong kampung. Setiap warga dilibatkan dalam setiap prosesnya untuk mengembangkan kampung dan membuat koperasi," paparnya.
Karenanya bila wacana rumah murah Sultan bisa direalisasikan, maka banyak warga DIY yang akan memiliki rumah yang nyaman. Namun dibutuhkan kerja kolaboratif antara warga, pemerintah daerah dan mereka sebagai komunitas yang memiliki pengalaman mengembangkan kampung gotong royong untuk mewujudkan wacana tersebut.
Melalui penerapan konsep kampung susun berbasis komunitas, pemberdayaan warga bisa dilakukan secara bergotong royong. Sehingga konsep Yogyakarta yang istimewa tak sekedar predikat.
"Tanah sultan ground dapat dijadikan permukiman untuk rakyat miskin memberikan harapan bagi warga jogja. Konsep kami selama ini juga kayak gitu. Kepemilikannya nanti komunal dan kolektif sehingga tidak menimbulkan masalah baru seperti [rumah] diperjualbelikan. Ada koperasi yang mengelola manajemen secara bersama-sama," jelasnya.
Sementara Direktur Arkom Indonesia, Yuli Kusworo mengungkapkan, konsep kampung gotong royong Sungai Kaliwinongo dan Gajah Wong bisa jadi salah satu percontohan. Konsep serupa bisa diterapkan di kampung-kampung lain di wilayah pinggiran perkotaan Yogyakarta seperti di Wojo dan Banguntapan.
"Kita bisa membantu pemerintah daerah pemerintah kabupaten dan kota untuk mengidentifikasi tanah kas desa yang potensial untuk dikembangkan sebagai permukiman warga di kawasan perkotaan," jelasnya.
Karenanya Arkom dan Kalijawi ingin bertemu dengan Sultan untuk menyampaikan konsep kampung gotong royong tersebut di kawasan perkotaan bagi warga Yogyakarta. Sebab untuk bisa membangun kampung gotong royong hanya membutuhkan lahan sekitar 1 hektar. Lahan tersebut bisa dimanfaatkan bagi sekitar 120 KK sebagai permukiman murah.
"Jadi tidak harus cari tanah sultan yang jauh seperti di bantul. Kita bisa identifikasi lokasi di sekitar kawasan pemukiman kota yang terlihat untuk dijadikan kampung gotong royong, seperti di selatan ringroad. Kan bisa dibuka datanya bareng-bareng. Ini tinggal komunikasi saja dengan banyak pihak," tandasnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Pakar Ungkap Makna di Balik Gestur Tangan dan Bibir Sri Sultan HB X saat Bertemu Jokowi
-
Menguak Beda Makna Batik Jokowi dan Sri Sultan HB X, Diduga Corak Naga Tuai Perbincangan
-
Jokowi Bertemu Sri Sultan Hamengkubuwono X, Makna Batik Jadi Sorotan: Motif Ular...
-
Makna Batik Jokowi yang Dipakai Saat Bertemu Sri Sultan HB X, Diduga Bercorak Antaboga
-
Tanpa Keluarga, Jokowi Temui Sri Sultan HB X di Keraton Yogya, Ada Apa?
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 10 HP Midrange Terkencang Versi AnTuTu Maret 2025: Xiaomi Nomor 1, Dimensity Unggul
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat
-
Dari Batu Akik hingga Go Internasional: Kisah UMKM Perempuan Ini Dibantu BRI
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan