Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Sabtu, 22 April 2023 | 18:55 WIB
Ratusan warga menyerbu gunungan Garebeg Syawal di Masjid Gede Kauman, Sabtu (22/4/2023). [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Ratusan warga dan wisatawan menyerbu gunungan Garebeg Syawal di depan Masjid Gede Kauman, Sabtu (22/4/2023). Datang sejak pagi hari, mereka tak sabar mengambil beragam uba rampe gunungan yang baru saja dibawa dibawa para abdi dalem Keraton Yogyakarta untuk didoakan.

Dikawal prajurit atau bregada Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero dan Nyutra, uba rampe lima gunungan habis diserbu warga hanya dalam waktu beberapa menit. Bukan tanpa alasan, selama tiga tahun pandemi Covid-19, mereka tak bisa "ngalap berkah" gunungan yang diberikan Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X karena prosesi tersebut ditiadakan.

"Lumayan dapat ketan, nunggu rebutan dari pagi," ujar Tami (43), salah satu warga asal Jalan Magelang disela prosesi.

Tami mengaku sudah menunggu untuk mendapatkan berkah gunungan sejak lama. Setelah Keraton akhirnya kembali menggelar Garebeg Syawal, dia merasa bersyukur bisa ikut ngalap berkah ubo rampe yang menjadi pertanda kemurahan rejeki dan kesehatan.

Baca Juga: Hanya Sekali, Masjid Gedhe Kauman Pastikan Gelar Salat Idul Fitri pada 21 April 2023

Dia mengaku sudah berburu gunungan sejak kecil. Meski harus jalan jauh dari rumahnya ke Masjid Gede Kauman, dia dan keluarganya selalu menyempatkan diri melihat garebeg.

"Kalau dulu ada gajah saat garebeg, sekarang nggak ada," ujarnya.

Sementara Penghageng II Kawedanan Reksa Suyasa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat KRT Kusumanegara mengungkapkan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat membuat tujuh guungan Garebeg Syawal. Yakni tiga Gunungan Kakung, Gunungan Estri atau Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, dan Gunungan Pawuhan.

Gunungan garebeg ini merupakan pemberian Sri Sultan HB X kepada rakyatnya. Selain itu sebagai ucapan syukur kepada Sang Pencipta atas berkah hidup.

"Pemberian seorang Raja Sultan kepada rakyatnya atas perintah agama. Kalau isinya hasil bumi pertanian, jadi ada sayur mayur, ketan dan lainnya. Lambang syukur atas hidup dari Allah," jelasnya.

Baca Juga: Digempur Modernisasi, Regenerasi Prajurit Keraton Mendesak Dilakukan agar Tak Punah

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More