SuaraJogja.id - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) termasuk menjadi wilayah rawan bencana. Salah satunya terkait dengan keberadaan Sesar Opak yang memiliki struktur tanah dangkal sehingga mudah bergerak ketika terjadi gempa bumi.
Lantas bagaimana dengan potensi bencana likuifaksi atau 'tanah bergerak' di wilayah Jogja? Apakah wilayah Bantul dan sekitarnya akan mengalami fenomena likuifaksi seperti yang terjadi di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah pada 2018 usai terjadi gempa bumi?
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan potensi likuifaksi itu tetap ada. Melihat dari lapisan tanah yang ada di wilayah Yogyakarta, baik di Bantul dan sekitarnya.
"Kalau likuifaksi memang potensi ada karena perlapisan tanahnya, tanah pasir itu sisipan-sisipannya masih ada di antara tanah kedap dan muka air tanah dangkal. Potensi masih ada," kata Dwikorita di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Selasa (1/8/2023).
Namun, Dwikorita memaparkan bahwa kondisi tanah di Sulawesi Tengah dan Yogyakarta tidak sama. Sebab di Sulawesi Tengah sendiri diketahui merupakan tanah lempung.
"Berbeda (karakter dengan Sulawesi Tengah) dari segi kondisi tanahnya berbeda. Di sini bukan tanah lempung ya kalau di Sulawesi Tengah itu lempung," tuturnya.
Selain itu, kecepatan pergerakan patahan di masing-masing wilayah juga berbeda. Mengingat kontur tanah yang datar dan miring.
Wilayah Yogyakarta yang memiliki patahan Sesar Opak cenderung berada di tanah datar. Berbeda dengan Sulawesi Tengah dengan Patahan Palu Koro di tanah miring.
"Di sana punya Patahan Palu koro ini kecepatan pergerakannya di sana lebih cepat. Dan juga di sini tanahnya datar, di sana kan ada yang miring, berjalan terus itu karena ada kemiringan lahan," ungkapnya.
Baca Juga: Kondisi Tanah Seperti Agar-agar, Sesar Opak Berpotensi Picu Gempa Besar di Bantul
Kendati ada potensi, disampaikan Dwikorita masyarakat Jogja sudah dibekali dengan edukasi untuk mitigasi bencana. Sehingga dapat meminimalkan kerugian bahkan korban jiwa.
"Namun insya allah karena tadi bangunan-bangunannya sudah dibangun tahan gempa dan insya allah juga tanah likuifaksi, semoga saja kalau terjadi lagi itu tidak akan ada hal yang membahayakan manusia. Itulah namanya mitigasi upaya teknologi dan budaya kearifan," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
Bidik Peningkatan Kunjungan Wisatawan Mancanegara, Pemkot Jogja Dorong Tambahan Direct Flight
-
Usai Viral Sebut Jokowi Bukan Alumni, Layanan LISA AI UGM Tak Bisa Digunakan
-
Gudeg Legend di Jogja Sediakan Makanan Gratis, Sajikan Menu Nusantara untuk Perantau Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Spesial Jumat Berkah untuk Warga Jogja: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
UGM Buka Peluang Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera