SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman terus berupaya untuk menurunkan angka stunting di wilayahnya. Termasuk dengan memberikan penguatan kepada kader-kader Posyandu yang ada.
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo mengungkapkan bahwa hampir 80 persen anak-anak yang tergolong stunting di wilayahnya justru berasal dari golongan keluarga mampu. Sedangkan sisanya kemudian dari keluarga miskin.
"Ternyata yang didata ini yang (keluarga) miskin hanya 20 persen. Keluarga mampu 80 persen," kata Kustini usai menghadiri acara workshop kader posyandu di Hotel Aveon Yogyakarta, Selasa (8/8/2023).
Disampaikan Kustini tidak sedikit kemudian orang tua dari keluarga mampu itu merasa malu atau tidak mengakui ketika diberi tahu bahwa anaknya masuk dalam kategori stunting. Padahal kesadaran masyarakat itu diperlukan untuk menangani persoalan stunting secara bersama-sama.
Oleh sebab itu, kader posyandu di seluruh wilayah Sleman didorong terus untuk masuk ke dalam lapisan masyarakat tersebut. Termasuk dibekali dengan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
"Sehingga memang caranya berbeda, harus ada pendekatan, edukasi ke masyarakat. Biasanya kalau orang mampu dan dikasih tau anaknya stunting itu biasanya tidak mengaku atau malu tapi bagaimana kader itu bisa menyampaikan," terangnya.
Saat ini angka stunting di Kabupaten Sleman tercatat sebesar 6,88 persen atau sekitar lebih kurang 3 ribuan orang. Kapanewon Minggir, Seyegan dan Turi masih masuk dalam penyumbang stunting tertinggi di Bumi Sembada.
"Angka stunting Sleman 6,88 persen kurang lebih 3000an. Tertinggi di Kapanewon Minggir, Seyegan, Turi. Padahal di situ adalah lumbung padi, oleh karena itu kita nanti akan riset bekerja sama pentahelix kenapa tempat seperti itu stuntingnya tinggi. Apa mungkin aspek gizi, pola asuh yang salah," ungkapnya.
Kustini menegaskan tak akan berhenti di angka 6,88 saja. Pihaknya masih terus berupaya agar angka stunting itu semakin rendah lagi.
Baca Juga: Tekan Stunting, LKC Dompet Dhuafa Gelar Edukasi & Ajakan Pentingnya ASI Ekslusif
"Kita terus berusaha kader stunting ini terus ada di Sleman. Penggeraknya diharapkan kader-kader (posyandu) yang mengikuti workshop ini. Sehingga nanti menjadi edukasi kepada masyarakat bagaimana penanganan stunting di Sleman," tandasnya.
Sementata itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DIY, Endang Pamungkas Siwi, menyatakan angka stunting di tingkat Provinsi DIY saat ini sebesar 16,4 persen. Data tersebut menempatkan DIY menjadi 1 dari 5 daerah terbaik dalam penanganan stunting se-Indonesia.
Meski begitu, Endang mengajak seluruh masyarakat untuk terus berupaya dalam menurunkan angka stunting sesuai dengan target 2024. Setidaknya hingga berada di bawah 14 persen.
"Kita tetap berupaya menurunkan (angka stunting) karena pada tahun 2024 sesuai amanat pemerintah, kita harus mencapai angka 14 persen, itu minimal, syukur bisa lebih turun dari target tersebut," pungkas Endang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Jogja Siaga Banjir, Peta Risiko Bencana Diperbarui, Daerah Ini Masuk Zona Merah
-
DANA Kaget untuk Warga Jogja: Buruan Klaim 'Amplop Digital' Ini!
-
Heboh Arca Agastya di Sleman: BPK Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Situs Candi
-
Gus Ipul Jamin Hak Wali Asuh SR: Honor & Insentif Sesuai Kinerja
-
Rp300 Triliun Diselamatkan, Tapi PLTN Jadi Korban? Nasib Energi Nuklir Indonesia di Ujung Tanduk