SuaraJogja.id - Kementerian Pertanian (Kementan) meminta para petani, termasuk di DIY untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi musim kemarau tahun ini yang lebih kering dari dua tahun terakhir.
Sebab berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), 63 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau.Akibatnya, terjadi kekeringan di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Gunung Kidul yang saat ini mengalami kekeringan dan air bersih.
"Kita mendorong sebenarnya tidak tidak hanya ekspor artinya kebutuhan pasar dalam negeri harus dipenuhi terlebih dahulu karena kan kita apa namanya food security ya untuk pemenuhan pangan nasional seperti itu. Kalau memang ada produk untuk bisa diekspor ya itu bagus jadi jangan semua diekspor," ungkap Project Management Unit Upland Project Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Farakka Sari di Yogyakarta, Kamis (10/8/2023).
Menurut Farakka, pasar pangan dalam negeri sebenarnya bagus. Namun seringkali para petani tidak memiliki kemampuan pemasaran.
Padahal mereka sebenarnya bisa belajar dari para petani di Kulon Progo. Di kabupaten tersebut ada lembaga yang membantu petani melakukan lelang pertanian petani untuk memenuhi kebutuhan di tingkat daerah dan memastikan ketersediaan pangan lokal.
"Sistem lelang ini kelebihannya bisa menguntungkan petani karena harganya pasti tertinggi [tidak ada harga yang anjlog]," tandasnya.
Farakka menambahkan, Kementan melalui program terintegrasi Upland mendukung alokasi sektor hulu atau produksi melalui infrastruktur pertanian untuk memastikan ketahanan pangan di Indonesia. Diantaranya mengembangkan usaha tani, irigasi, alat dan mesin pertanian serta alat pengolahan pasca panen.
Sedangkan dalam aspek peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), Kementan memberikan pendidikan bagi petani melalui pelatihan seperti sekolah lapangan. Selain itu pelatihan pemasaran dan juga aspek-aspek literasi keuangan.
"Kita juga memberi dukungan dalam upaya adopsi teknologi maju melalui kegiatan adaptive research. Kita meyakini kalau sektor hulu dan sektor hilir pasca panen terintegrasi dalam satu konsep bisnis yang baik, kesejahteraan petani melalui peningkatan kualitas produk dan peningkatan harga bukan sesuatu yang tidak mungkin," katanya.
Baca Juga: Kementan Gandeng UGM untuk Pengujian Produk Alsintan
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Tag
Berita Terkait
-
Mentan SYL Minta Jajarannya Bantu Warga Puncak Papua yang Hadapi Krisis Kesehatan Akibat Cuaca Ekstrem
-
Breaking News! Fenomena El Nino Ubah Sawah Jadi Lapangan Bola di Bandung Barat, Petani Merana Gagal Panen
-
Polisi Rekonstruksi Mutilasi di Sleman Kelar Digelar, UMY Bersyukur Kasus yang Terungkap Berbeda
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
Kasus Korupsi Hibah Pariwisata Sleman, Dakwaan JPU Dinilai Belum Singgung Peran Harda Kiswaya
-
Kocak! Study Tour ke Kantor Polisi, Murid TK Ini Malah Diajarin Bentrok
-
Dakwaan Dugaan Korupsi Dana Hibah Pariwisata Sleman Seret Nama Raudi Akmal
-
Bantuan dari BRI Telah Jangkau Lebih dari 70 Ribu Masyarakat Terdampak di Sumatera
-
Korupsi Bupati Sleman, Kuasa Hukum Tegaskan Peran Raudi Akmal Sesuai Tugas Konstitusional DPRD